Derak roda loko sudah lenyap diredam zaman. Seakan memberi kesempatan bagi deru mesin truk untuk menggantikannya. Zaman memang telah berubah. Namun Bangka tetaplah identik dengan timah yang bertebaran di seantero tanahnya.
Etimologi Bangka sendiri lahir dari kata ‘wanka’ yang berarti timah.
Bak roda-roda revolusi, penemuan deposit logam tersebut pada awal abad ke-18 telah memutar perekonomian nusa ini. Dari pulau senyap di Selat Karimata menjadi episentrum timah dunia. Tiga abad berlalu, Bangka masih mampu berdiri tegak di atas cadangan timah-timahnya, walau terselip kekhawatiran akan menipisnya sang logam yang sudah mendekati titik nadirnya.
Hari ini saya berkesempatan mengunjungi Museum Timah Pangkalpinang untuk memindai ulang rekaman sisa-sisa kejayaan dari Nusa Timah.
Museum Timah Pangkalpinang bukanlah barang lama. Museum ini sudah berdiri semenjak enam dekade silam, tatkala industri timah masih jaya di Pulau Bangka. Pada waktu tersebut, Museum Timah dimaksudkan untuk menampung aneka perkakas milik penambang timah pra-kemerdekaan yang ditemukan di seantero pulau ini.
Gedung milik Banka Tin Winning Bedrijf ini pun sejatinya tidak hanya melulu berurusan dengan timah. Rumah uzur ini pernah digunakan sebagai arena perundingan pra Roem-Royen antara wakil pemerintah Republik Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda, dan Komisi Tiga Negara yang menjadi pihak penengah. Pada awalnya perundingan direncanakan berlangsung di Wisma Menumbing, namun Kota Muntok dirasa kurang representatif hingga akhirnya lokasi perundingan dipindah ke Kota Pangkalpinang.
Selesai pelaksanaan perundingan para pemimpin Republik Indonesia tidak langsung pulang akan tetapi menginap di sini. Rumah terdiri atas lima kamar, satu kamar besar digunakan untuk berunding dan empat kamar lainnya digunakan untuk kamar tidur. Pada malam harinya para pemimpin diundang oleh Ketua Dewan Bangka, Masjarif Datuk Bendaharo Lelo dan Demang Pangkalpinang, Sidi Menek.
Kini rumah yang sama digunakan sebagai etalase sejarah pertimahan di Pulau Bangka. Bagaimana industri timah berkembang dari serba tradisional hingga pada akhirnya stannum-stannum tanah ini dikeruk dengan peralatan serba modern. Museum Timah Pangkalpinang tidak hanya bicara soal kejayaan Nusa Timah melainkan juga saksi sejarah yang berperan dalam proses berdirinya republik ini.