“Tarik! Tarik!” seru Pak Kapolres memberikan komando kepada kami, orang-orang yang sudah kelelahan ini berjibaku menyatukan tenaga untuk menarik mobil yang terperangkap, satu demi satu, mendaki tanjakan terjal berlumpur setebal dengkul.
Beruntung kami ada enam belas orang hingga setidaknya usaha tarik tambang yang melelahkan ini selazimnya dapat pungkas dengan lebih mudah. Tentunya tidak terbayangkan apabila jumlah kami hanya segelintir. Jadilah kami memulai rutinitas ini di setiap tanjakan. Badan mobil ditambat dengan tambang, ujung tambang yang lain ditambatkan di pohon, kemudian kami beramai-ramai menarik mobil hingga ke atas.
Yang lebih menyeramkan sebenarnya adalah turun. Di sini kami harus mencegah mobil turun bablas masuk ke jurang cara menambatnya dengan tambang yang diikat di pohon. Enam belas orang menariknya dari belakang berperan sebagai rem. Hanya saja ini begitu menyulitkan lantaran kaki-kaki kami turut terbenam di dalam lumpur licin yang mengakibatkan tidak adanya tempat berpijak.
Bahkan tidak jarang kami harus berlarian ke sana kemari untuk menyelamatkan empat mobil dari jebakan lumpur. Pada satu kejadian bahkan dua orang nyaris tertimpa mobil yang meluncur bablas ke bawah.
Itulah perjalanan penuh perjuangan yang saya alami ketika mengusahakan mobil keluar dari hutan lebat Gunung Mutis. Perjalanan pulang yang diinisasi pada pukul dua siang ternyata baru terpungkas pada pukul sepuluh malam. Delapan jam untuk perjalanan sejauh kurang dari sepuluh kilometer.
Kendaraan-kendaraan polisi ini baru berhasil dikeluarkan dari jebakan lumpur menjelang pukul sepuluh malam. Kelegaan terasa ketika ban mobil akhirnya menyentuh jalanan berbatu di bagian terluar Cagar Alam Gunung Mutis. Mobil pun dipacu dalam kegelapan menyusuri lekuk-lekuk pegunungan hingga akhirnya tiba di gerbang Desa Fatumnasi.
“Akhirnya kita sampai juga di sini, terima kasih atas kerjasamanya,” ucap salah seorang anggota kepolisian kepada kami yang hanya saya tanggapi dengan senyum kecut. Setidaknya, kami berhasil lolos dari beratnya medan Gunung Mutis.