“Belum buka itu, Sep!” seru seorang bapak tua berjenggot awut-awutan yang duduk di ambang toko, “Ini lagi shalat, yang jaga baru di luar tapi tunggu saja sebentar lagi juga balik ke sini.”
Dari situ saya tahu bahwa penjaga tempat ini hanya satu orang. Saya mencoba melongok ke dalam, terlihat patung Presiden Soekarno duduk pada ambang panggung batu. Sementara di kanan kirinya terdapat tanah lapang yang tidak seberapa di sela-sela gang kawasan bekas penjara Banceuy yang ada di tengah-tengah pertokoan Jalan Banceuy.
Presiden Soekarno pernah menghabiskan masa-masa tahanan di tempat ini. Di dalam sebuah bilik yang hanya seukuran kamar pas. Hal tersebut menjadi toreh pada sebuah lembar perjalanan Sang Putra Fajar di dalam sejarah bangsa. Yang mana pada kemudian hari karier politiknya sebagai negarawan terus melejit hingga akhir menjadi presiden republik ini.
Saya sudah pernah ke tempat ini delapan tahun silam. Kala itu kawasan Penjara Banceuy sangat tidak terawat. Kompleksnya ada di gang sempit di pertokoan yang kanan kirinya becek dan penuh gelandangan. Sementara kawasan penjaranya sendiri hanya menyisakan satu bilik dengan pagar besi bercat hijau yang nyaris terkelupas. Kini semua sudah terlihat berbeda. Penjara Banceuy menjadi monumen kebanggaan bagi warga Bandung dan sekitarnya.