Tukik kecil itu menggesek-gesekkan wajahnya di dinding kaca, antara hidungnya dan wajah saya hanya terpisahkan oleh selembar beling tebal kaca akuarium. Di belakangnya ada puluhan, atau mungkin ratusan, tukik yang menggeliat ke sana kemari seakan-akan baru belajar berenang. Saya menatap lekat-lekat kepada tukik kecil yang membalas tatapan saya itu.
Di Gili Meno, terdapat penangkaran penyu. Tukik, atau anakan penyu, ditampung di kolam kaca raksasa. Di sana mereka dirawat dibesarkan sebelum akhirnya cukup dewasa untuk dilepaskan kembali ke lautan. Saya pernah melihat penangkaran yang serupa di Sangalaki beberapa tahun silam dan boleh dikata usaha konservasi mereka cukup sukses.
“Meskipun boleh dilihat dan didekati asal jangan untuk disentuh,” ucap bapak penjaga, “Sebab penyu-penyu yang masih belia seperti ini sangat rentan stress. Stress potensial mengganggu pertumbuhan mereka dan salah-salah bisa fatal.”
Bapak itu masih mengucapkan beberapa kalimat nasehat yang entah apa saya tidak dengarkan dengan seksama, saya lebih terpikat dengan tingkah laku eksentrik tukik-tukik yang berusaha mengibas-ibaskan kakinya dengan lincah. Mereka sesekali saja menyelam ke kedalaman, sisanya lebih banyak menyembulkan wajah ke permukaan air bening.
Tidak jauh dari akuarium ini, terdapat sebuah kolam bertegel. Di sana terdapat ratusan penyu dengan ukuran lebih besar, hidup bertumpuk-tumpuk seperti onggokan sarden. Agaknya saya lupa bertanya apakah hal ini memang lazim atau lantaran kolam petit tersebut kurang luas untuk menampung mereka.
Pusat konservasi penyu di Gili bukanlah program pemerintah. Awalnya ini merupakan program swadaya masyarakat, seiring dengan banyaknya pengunjung yang datang ke pulau surgawi ini, para konservator mendapatkan kemudahan untuk mencari suntikan dana.
Pada mulanya berat. Pasti. Namun lambat laun pusat penangkaran penyu di Gili Meno sanggup menghidupi dirinya sendiri dengan dukungan dari para turis yang berdatangan. Bahkan boleh disimpulkan bahwa usaha konservasi di tanah ini lebih berhasil daripada usaha-usaha serupa para koleganya di Jawa dan Bali.