Kawasan itu dikenal sebagai daerah Muara Jati, wilayah Kerajaan Singapura. Bukan Singapura yang itu, tapi Singapura yang lain yang merupakan bagian dari Kerajaan Galuh di waktu silam. Dari desa nelayan kecil di pesisir Laut Jawa inilah lahir sebuah kota pelabuhan yang diawali dari kepemimpinan Ki Gedheng Tapa.
Ki Gedheng Tapa, atau Jumajan Jati, adalah seorang patih dari Kerajaan Singapura yang diangkat oleh Raja Pasundan. Pada abad ke-15, armada besar Laksamana Cheng-Ho mendaratkan pasukannya di perairan ini, tepatnya pada tanggal 29 Phalguna 1337 Saka atau sekitar bulan Maret tahun 1416. Hal ini membuktikan bahwa perairan Cirebon sudah menjadi pelabuhan besar sejak zaman tersebut.
Kini pesisir utara Cirebon dihiasi oleh kapal-kapal nelayan besar yang berbaur dengan tanker-tanker minyak. Mereka bersandar di sepanjang garis pantai pelabuhan, di atas permukaan air laut yang tenang khas Pantai Utara Jawa. Sore itu hanya terlihat beberapa orang bermain-main di tepi galangan kapal, sembari berfoto-foto sementara langit masih terlihat muram seusai hujan sore tadi.
“Jangan malam-malam ya, Mas!” celetuk Pak Satpam ketika melihat saya mengendarai motor melintasi jalanan berbatu menembus pantai yang sepi. Tidak perlu malam-malam tentu saja, karena saya hanya di sini sepuluh menit, mengambil gambar, kemudian pulang lantaran langit sudah mulai gelap.