Selamat Tinggal Bagi Semeru

“Jangan lupa sampah-sampahnya dibawa turun,” beberapa pemandu mengingatkan kami untuk mengangkut trash bag masing-masing. Saya hanya membawa dua kantong plastik sampah dan mengikatnya di ransel belakang. Beberapa orang terlihat membawa sampah dalam ukuran yang keterlaluan besar, entah apa yang mereka buang.

Demikianlah ketika tuntas melakukan pendakian Semeru, kami harus membawa turun kembali sampah-sampah yang ada. Tidak boleh kita meninggalkan apapun selain jejak kaki, katanya.

Perjalanan turun sudah barang tentu lebih cepat daripada perjalanan naik kemarin. Kami mendaki bukit di sisi Ranu Kumbolo kemudian melanjutkan perjalanan menuruni bukit hingga ke Ranu Pani. Di antara pos empat dan pos tiga, seperti kemarin, kabut kental menghadang perjalanan kami. Hanya saja kali ini hujan lebat tidak menyambut.

Saya berjalan dengan celana panjang terakhir yang sudah belepotan lumpur. Sementara di belakang saya sepuluh teman yang lain mengikuti dengan langkah cepat. Berbeda dengan hari sebelumnya yang mana kami harus sering-sering berhenti melepas lelah, kali ini semua orang nampak begitu bersemangat untuk pulang secepatnya.

Kami keluar dari gerbang taman nasional menjelang pukul tiga sore. Artinya hanya butuh tiga jam bagi kami untuk menuruni Semeru, sekitar satu jam lebih cepat daripada pendakian kemarin. Dari gerbang taman nasional, kami berjalan beriringan untuk menuju ke rumah makan terdekat guna menyantap makan siang.

“Malam ini kalian tidur di basecamp,” terang Pak Sugeng, “Untuk makan malam nanti kita beli nasi goreng saja, terus kalian bisa beristirahat persiapan untuk mencari sunrise esok.”

Kami mengangguk. Sementara di luar sana hujan deras mendadak turun.