Puntung-puntung sigaret berserakan di sekitar kerangka kepala yang telah menghitam itu, ibarat tempat pembuangan rokok yang berhiaskan tengkorak. Siapa sangka bahwa sang pemilik kerangka masih terus disodori rokok bahkan ketika usianya sudah terlewat. Namun setidaknya si tengkorak tidak perlu mengkhawatirkan kanker, impotensi, atau gangguan kehamilan dan janin.
“Ya mungkin ketika masih hidup beliau adalah perokok berat,” ucap Pak Timotius menjelaskan setengah menduga-duga, “Memang lazim bagi rakyat Toraja untuk memberikan sesuatu kepada yang telah meninggal dunia sesuai kegemaran di masa hidupnya dulu. Entah itu permen, biskuit, rokok, atau apapun.”
Bukan hanya ditaruh di sekitarnya. Bahkan untuk tengkorak-tengkorak yang tulang rahangnya masih tersambung, tidak jarang rokok tersebut diapitkan di sela gigi-giginya. Masyarakat Toraja percaya bahwa setiap batang rokok yang diletakkan di sana akan dibawa bersama ke alam kubur.
“Apakah mumi ini hanya doyan rokok filter? Bagaimana dengan rokok kretek?” celetuk saya yang ditanggapi dengan senyum simpul oleh Pak Timotius.
“Itu sebenarnya bergantung kepada yang bersangkutan,” jawab Pak Timotius santai, “Biasanya keluarga lebih tahu. Tetapi umumnya sih orang tidak ambil pusing mau rokok filter atau kretek.”