“Ini bukan teduh, tapi suram!” protes saya kepada Haidir ketika kami memasuki gua gelap gulita di Bukit Doa Tomohon. Di dalam gua kecil inilah biasanya umat Nasrani yang mengadakan acara ibadah akan menyepikan diri untuk berdoa.
Pada ruang tengah gua yang gelap pekat ini terdapat sebuah lubang, dari sana cahaya matahari menyeruak masuk menghasilkan berkas-berkas apik pada tiga bongkah batu persegi yang ada di dalam gua. Saya pun duduk di atas salah satu batu besar tersebut dan Haidir mengambil foto.
Memang suasana di dalam ruang kecil ini terasa sunyi dan dingin sehingga sangat cocok untuk berkontemplasi, atau yang biasa disebut dengan istilah Saat Teduh.
Haidir menemani saya berjalan kaki menelusuri sudut-sudut Bukit Doa Tomohon. Selain terdapat kapel-kapel untuk berdoa, di Bukit Doa juga terdapat rute Jalan Salib Mahawu. Rute Jalan Salib ini mempunyai empat belas perhentian di perbukitan Tomohon untuk mengenang kisah perjalanan Yesus Kristus memanggul salib.
Meskipun hari masih siang namun awan mendung yang memayungi Dataran Tinggi Tomohon semenjak pagi hari membuat langkah kami lebih ringan. Ditambah dengan udara sejuk kawasan ini membuat saya betah berlama-lama di Bukit Doa yang sunyi sepi ini. Apabila anda berkesempatan untuk berkunjung ke Tomohon, jangan lupa singgah di Bukit Doa.