Sebaran oranye ngejreng seperti es cendol bertaburan di tepi lautan sempit ini. Mungkin ada dua lusin teman saya yang menceburkan diri ke lautan untuk snorkelling pada siang ini, sementara saya sendiri menyudahi aktivitas tersebut lebih awal daripada yang lainnya. Atraksi Gunung Krakatau bukanlah satu-satunya barang dagangan di Selat Sunda. Snorkelling merupakan atraksi lain yang tidak kalah populernya.
Selain Pulau Sebuku, kawasan ini juga mempunyai beberapa destinasi populer untuk menikmati kehidupan bawah air, misalnya Lagoon Cabe yang, entah apa bedanya, juga akan kami kunjungi sebentar lagi.
Bicara ihwal Pulau Sebuku, pulau ini merupakan sebuah dataran rendah yang berada di bibir Teluk Lampung. Jaraknya dari Pulau Sebesi hanya berkisar sekitar dua kilometer dengan luasan kurang dari dua puluh kilometer persegi. Karakter pulau ini adalah batuan andesit yang mengisyaratkan adanya faktor vulkanis di pembentukan pulau ini pada masa purba. Sementara seluaran pulau ini dipenuhi dengan terumbu karang yang menjadikannya salah satu lokasi snorkelling favorit di Lampung.
Pulau Sebuku kerap dianggap sebagai jembatan ekologis teruntuk migrasi spesies kupu-kupu dari Pulau Sumatera ke Gunung Krakatau dan sebaliknya. Lokasi pulau ini yang berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa juga membuat kekayaan ekologisnya, terutama kupu-kupu dan semut, relatif lebih kaya daripada daratan Lampung dan Banten.
Alih-alih menjadi daerah kaya ekologi, dalam beberapa tahun belakangan kekayaan ekologi Pulau Sebuku menurun drastis. Kini bahkan ada yang menyebutkan bahwa ekinodermata di pulau ini termasuk yang paling minim dibandingkan pulau-pulau lain di sepanjang Teluk Lampung. Apa lagi yang disalahkan kalau bukan pariwisata massal.
Saya duduk di atas dek kapal. Mendung menggulung di kejauhan sementara teman-teman saya masih asyik berenang di bawah sana. Sebentar lagi hari hujan dan esok kami akan mendaki Gunung Krakatau. Ah, saya sudah tidak sabar menunggu hari esok.