Soe, Apa Itu Patung Nasi?

Bus jurusan Kefamenanu-Kupang menurunkan saya di tepi jalan tanpa meninggalkan apapun selain jejak asap hitam yang mengepul dari pipa knalpotnya. Dan jadilah saya termangu seorang diri di pinggir jalan Kota Soe, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, tanpa syak wasangka hendak berjalan ke arah mana.

“Kakak harus ke Patung Nasi, itu yang terbaik di Timor,” keputusan saya untuk membeli sebotol teh di warung demi mendapatkan informasi membawa saya ke sebuah petunjuk baru dari si penjaga warung.

Apa itu Patung Nasi? Mengapa ia dianggap sebagai permata kabupaten ini untuk Pulau Timor? Sepanjang yang saya tahu, Soe bukanlah daerah penghasil padi yang luar biasa. Walaupun saya sempat melihat beberapa petak sawah ladang di kanan kiri jalan. Boleh jadi keputusan saya untuk singgah ke kota ini tanpa rencana justru mencetuskan rasa penasaran baru.

“Patung nasi kah? Dua ratus ribu!” kata seorang tukang ojek yang saya temui di depan pos polisi. Apa-apaan ini? Untuk melihat sebuah patung saya harus bayar dua ratus ribu naik ojek?

“Seratus ribu!” tawar saya tanpa paham apapun, mencoba membidik angka yang barangkali sama tidak rasionalnya.

Setelah berdebat sengit. Akhirnya kami sepakat. Seratus ribu tetapi saya harus mengisikan penuh tangki bensin sebanyak tiga liter. Dan berangkatlah saya menuju ke patung yang dari namanya saja membuat saya penasaran. Sepeda motor digeber kencang melewati aspal sempit desa-desa di Timor Tengah Selatan. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Sepeda motor terus dipacu melintasi perbukitan yang elok, semakin lama semakin tinggi tanpa saya tahu mau ke mana.

Di simpang jalan Desa Kapan barulah bel seakan berdentang di dalam kepala. Papan penunjuk jalan menampangkan tulisan cetak tebal “Fatumnasi” seakan menjelaskan soal si patung nasi. Bukan patung nasi tentu saja. Melainkan Fatumnasi, sebuah desa di tinggian Gunung Mutis yang menjadi pemukiman tertinggi di tanah Timor.

Jari-jari saya bergerak cepat menelusuri seluk-beluk Fatumnasi di internet sembari duduk di jok belakang ojek yang bergoyang ke sana kemari. Gambar-gambar panorama menakjubkan yang muncul di layar ponsel saya memberikan sebuah harapan besar akan tempat yang menunggu saya di depan sana, Fatumnasi.