“Bagaimana jika saya makan tanpa ketupat?” tanya saya penasaran. Kalau itu jadi Sop Banjar, kurang lebih demikian jawab penjualnya. Entah itu jawaban yang serius atau sebatas kelakar, tetapi demikianlah adanya. Di sudut manapun dari kota Banjarmasin, tempat saya mencicipi soto ini, hidangan Soto Banjar selalu hadir bersama ketupat.
Selama empat hari menjelajah kota Banjarmasin, sembilan kali saya menikmati Soto Banjar (saya tahu jumlahnya karena saya selalu memotret semua makanan yang saya santap). Meskipun khas dengan ketupatnya, hal paling menarik dari Soto Banjar menurut saya adalah irisan telur bebek yang ditaburkan di atasnya, seakan bercampur menjadi satu dengan kuahnya yang kaya akan aroma rempah-rempah.
Soto Banjar yang orisinil berwarna putih kental. Putih kental ini karena soto tersebut mempunyai sedikit campuran susu. Apabila tidak dicampur susu, orang akan menyebutnya sebagai sop. Dan aturannya, sop harus dimakan dengan nasi, bukan dengan ketupat. Entah siapa yang membuat protokol seperti itu namun pola seperti ini ada di seluruh rumah makan yang saya kunjungi.
Meskipun saya mencoba di banyak restoran yang berbeda-beda, konten Soto Banjar ini dapat dibilang sama persis. Ada bihun, daging ayam, telur bebek, dan perkedel kentang.
Untuk mencari rumah makan Soto Banjar tidak sulit. Anda tinggal menjelajahi jalan-jalan utama di kota Banjarmasin, maka pastilah anda menemukan puluhan rumah makan yang menjual Soto Banjar. Tidak perlu khawatir karena rasanya pun relatif mirip. Dari pengalaman saya, salah satu yang terbaik adalah Rumah Makan H.Anang di Jalan Sutoyo, Banjarmasin. Untuk menemukan tempat itu, cukup menuju ke bundaran Masjid Sabilal Muhtadin, Jalan Sutoyo ada di sisi barat masjid tersebut.