Singgah di Stasiun Banjar

Semasa kuliah dulu, saya tinggal di kos-kosan yang salah satu penghuninya orang Banjar. Entah bagaimana ceritanya, dia selalu menjadi bulan-bulanan anak-anak kos lantaran kota kelahirannya itu bisa dilintasi kereta dalam sepuluh detik, alias sangat kecil. Sebenarnya berlebihan andaikata menyebut Banjar itu kota yang sangat kecil, untuk ukuran sebuah kota di Indonesia, Banjar sudah termasuk medioker.

Banjar adalah kota pertengahan perjalanan saya dari Solo ke Bandung ataupun sebaliknya. Rute standar yang menjadi perlintasan saya selama bertahun-tahun itu selalu punya satu persinggahan singkat di kota ini.

Lantaran kerap membuat ambiguitas dengan kota lain semisal Banjarnegara bagi para pelintas dari Jawa Tengah dan bahkan Banjarmasin di dalam kerangka referensi yang lebih luas, kota ini kerap disebut dengan nama panjang Banjar Patroman. Secara wilayah, Banjar Patroman memang kecil, kota ini hanya punya empat kecamatan. Status kota ini pun relatif masih muda, baru lima belas tahun semenjak lepas dari bayang-bayang Kota Ciamis.

Kereta selalu singgah di Banjar, meskipun secara pribadi saya belum pernah mengunjungi ataupun menjelajahi kota ini. Mungkin suatu saat nanti saya berhenti untuk mencicipi nuansanya.