“Saya dari Sukabumi,” terang nenek yang juga merupakan permaisuri dari Kesultanan Mempawah, “Dari Sukabumi saya diperistri oleh bapak sultan Kraton Amantubillah dan pindah ke sini.”
Connie dan saya berbaur dengan serombongan keluarga yang berasal dari Sambas. Jumlah kami kurang dari satu lusin namun sudah cukup untuk membuat ruangan utama kraton yang berdinding hijau sian itu terlihat sesak dan runyam. Sementara nenek permaisuri memandu kami berjalan menyinggahi satu demi satu foto-foto dari keluarga kerajaan yang tercantum di setiap sudut dindingnya.
Perjalanan menyusuri setiap sudut Kraton Mempawah barangkali terasa lebih kepada arah sentimen personal sang permaisuri, lantaran beliau banyak sekali bercerita mengenai masa mudanya. Namun justru itulah yang membuat penelusuran ini begitu menarik, tidak hanya sekedar kisah sejarah seperti yang biasa-biasa diterangkan oleh para pemandu wisata.
Jejak silsisah Kesultanan Mempawah sendiri sebenarnya erat dengan simpang kekuasaan masyarakat Melayu, Bugis, dan Jawa. Dengan bauran dari masyarakat Dayak dan Tionghoa, kerajaan ini mengalami banyak selang-seling kekuasaan selama berabad-abad.
Pada penghujung masa kejayaan Imperium Majapahit, masyarakat Mempawah di bawah Patih Gumantar dari Kerajaan Sidiniang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Mahapatih Gajah Mada. Dikisahkan di dalam sebuah misi, Patih Gumantar terlibat dalam usaha menahan gempuran pasukan Khan dari Kekaisaran Mongol yang menginvasi nusantara.
Kerajaan Sidiniang inilah yang nantinya menelurkan Kesultanan Mempawah. Salah satu keturunan terakhir dari Kerajaan Sidiniang menikah dengan putra Bugis, Opu Daeng Menambun, yang kemudian mendirikan Kesultanan Mempawah. Selama tiga abad terakhir, Kesultanan Mempawah dikuasai turun temurun oleh para sultan dari garis keturunan yang campur baur ini.
Kami memasuki ruangan terakhir, yang mana koleksi pakaian-pakaian sultan tersimpan apik di dalamnya. Suasana begitu hening karena nenek permaisuri tidak berbicara sepatah kata pun. Kami dibiarkan melihat-lihat sendiri apa yang terpajang di dalam ruangan itu, sebuah koleksi bisu yang bercerita tentang banyak hal.