Entah barangkali Sufi berkulit badak atau memang tidak punya perasaan. Namun yang jelas dia bisa tidur dengan tenang di tengah kerubutan kawanan nyamuk hutan. Bukan nyamuk biasa. Serangga terbang penghisap darah di luasan belantara Kalimantan ini berukuran sepanjang kelingking dan semenjak tadi mengganggu tidur saya dengan dengung yang lebih kencang daripada kolega mereka di Jakarta.
Hari ini saya tidur di dek kapal, berada pada naungan tabur bintang. Menikmati malam di tengah hutan seperti ini memang pengalaman yang menakjubkan. Dengan polusi cahaya yang rendah, langit nampak meriah dengan taburan ribuan kerlap-kerlip yang begitu dekat serasa hendak runtuh.
Saya menarik selimut tipis itu hingga ke kepala, tidak lama kemudian saya pun tertidur lelap di bawah selimut, mengecewakan nyamuk-nyamuk yang tadi mengincar darah tamu dari Jawa ini. Namun saya rasa mereka semua beralih ke Sufi yang nampaknya masih tidur lelap tanpa selimut.
Menjelang pagi, terasa tetes-tetes air berjatuhan dari angkasa. Hujan gerimis. Namun saya tidak peduli karena bagi saya cuma ini kesempatan untuk melanjutkan tidur sebelum matahari terbit.