Sejatinya hudoq punya makna jelma. Mengenakan topeng hudoq berarti mengisyaratkan sebuah penjelmaan, yang mana para tetua adat Dayak dikesankan menjelma menjadi seekor burung. Hudoq merupakan ritual syukur kepada roh nenek moyang yang spesifik dilakukan orang suku-suku Dayak inhabitan Provinsi Kalimantan Timur.
Suku-suku Dayak endemi Kalimantan Timur, semisalnya Dayak Bahau, Dayak Modang, dan Dayak Ao’heng, meyakini akan adanya tiga belas hama perusak kebun seperti tikus dan gagak. Dalam ritual paska-tanam ini para penari hudoq mengenakan topeng yang menyimbolkan masing-masing hama dan pakaian yang terbuat dari daun pisang. Ritual lazimnya diakhiri dengan keluarnya dua manusia hudoq yang mengejar ketigabelas hama tadi dan mengusir mereka.
Adalah Hunyang Tenangan, dewa yang diyakini oleh orang Dayak sebagai pelindung tanaman, utamanya padi. Sang dewa menyukai warna cerah seperti merah dan kuning, itulah yang menyebabkan topeng-topeng hudoq Dayak diwarnai dengan corak tersebut sehingga menambah kesan rancak di dalam setiap pagelaran ritualnya. Tidak semua topeng hudoq mempunyai posisi sama rata. Salah satunya adalah topeng hudoq lejiu yang melambangkan harimau penguasa gunung batu dan hutan belantara, topeng ini biasanya hanya ditampilkan pada suasana darurat semisal pada ambang peperangan.
Ritual paska-tanam ini dipimpin oleh seorang pemuka adat yang disebut Dayung. Sang Dayung berjalan mengitari perkampungan sembari menabuh gong kecil yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan roh-roh para leluhur penjaga desa.
Setiap tahun setelah prosesi penanaman padi di bulan September atau Oktober, ritual hudoq selazimnya digelar di sudut-sudut Kutai untuk memohon berkat agar padi yang ditanam mampu menghasilkan kemakmuran bagi setiap masyarakat Dayak. Adapun ritual turun temurun ini setiap tahun digelar pada desa yang berpindah-pindah.
Pada replika rumah betang Dayak Experience Center di Pulau Kumala ini terpampang tiga patung yang mengenakan kostum hudoq lengkap dengan topeng-topeng mereka. Salah satunya mengenakan topeng hudoq lejiu yang begitu diagungkan itu. Sementara dua patung yang lain mengenakan topeng hudoq berwujud burung yang melambangkan kewaspadaan dan kecurigaan.
Saya berdiri tepat di hadapan salah satu patung mistis tersebut, bola mata mereka nampak berkilat-kilat lantaran terbuat dari potongan kaca yang memantulkan cahaya dari sela-sela rumah betang yang muram. Suatu saat nanti, apabila ada kesempatan, saya akan menyaksikan sendiri ritual hudoq ini dilangsungkan di pedalaman Kutai.