Kerumunan orang itu membuat saya tergoda untuk memarkir sepeda motor di sebelah kiri jalan. Ada kira-kira selusin orang berkerumun di sana. Salah seorang di antaranya memegangi seekor ular yang nampaknya sudah mati, seekor ular python sepanjang delapan meter yang tersasar ke Tentena dari hutan sebelah. Di kota kecil inilah habitat manusia dan berbagai spesies penghuni Hutan Poso beririsan.
“Ular besar biasa nyasar ke sini,” celetuk Pak Imron yang ikut menonton ular sanca ini dikuliti, “Tetapi yang ini termasuk besar sekali karena biasanya tidak sebesar ini. Ya, mereka banyak di hutan belakang sana. Kadangkala suka nyasar ke sini. Saya cuma takut mereka makan anak-anak.”
Saya hanya menelan ludah ketika melihat ular besar itu diseret beramai-ramai. Memang di satu sisi penduduk desa takut apabila penghuni hutan merangsek masuk ke perkampungan dan memangsa anak-anak. Tetapi di sini lain, saya berpikir bahwa manusialah yang perlahan-lahan merambah tempat tinggal mereka. Hutan Lore Lindu yang dulu menjadi tempat tinggal para satwa ini sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai diramaikan oleh manusia. Jangan heran apabila pertemuan keduanya tidak terelakkan.
Sepeda motor kembali saya geber menuju ke Hotel Victory. Malam ini adalah malam terakhir saya berada di kota cantik Tentena, besok saya sudah harus melanjutkan perjalanan menuju ke Poso.