Dengan tutupnya museum, maka kami pun kehilangan satu destinasi. Kehilangan destinasi bukan berarti kehilangan akal. Rudy mengusulkan agar kami mampir saja di Universitas Haluoleo, siapa tahu ada yang menarik di sana. Demikianlah, sore itu lokasi wisata kami adalah sebuah universitas.
Universitas Haluoleo adalah kampus terbesar Sulawesi Tenggara. Meskipun pamornya di Sulawesi belum dapat mengimbangi Universitas Hasanuddin maupun Universitas Sam Ratulangi, kampus ini merupakan tempat berkumpulnya para intelektual muda Sulawesi Tenggara.
Dibandingkan kampus-kampus negeri yang lebih dulu tenar, usia Universitas Haluoleo memang relatif muda. Kampus ini baru dibuka kurang lebih tiga puluh lima tahun lalu. Dalam usia mudanya, universitas ini sudah dapat membuka delapan fakultas.
Saya tidak bisa bercerita banyak perihal kampus ini. Beberapa mahasiswi yang kami ajak bercengkerama siang itu berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara. Beberapa di antara mereka juga berasal dari bagian timur Sulawesi Tengah. Universitas yang mengadopsi namanya dari nama tenar seorang sultan di Sulawesi Tenggara tersebut memang merupakan salah satu kampus favorit di provinsi ini.
Alhasil kami pun melewatkan sore itu di tepi kolamnya yang tertata apik.