Sebenarnya di lembar-lembar kisah bangsa-bangsa selalu ada wayang. Memori saya terngiang jauh ketika masih berada di Munich pada musim dingin setahun silam. Kala itu saya menyaksikan sebuah pagelaran boneka dari seluruh dunia dalam aneka bentuk dan coraknya. Dari Indonesia? Wayang.
Month: May 2016
Museum Bank Indonesia Juara!
Tidak selazimnya museum di Indonesia bisa memenangkan Trip Advisor Traveler’s Awards. Tetapi Museum Bank Indonesia adalah si perkecualian. Museum yang terletak di simpang jalan menuju Kota Tua tersebut menjadi museum terfavorit pilihan pemirsa situs kawakan, TripAdvisor. Ketika pertama kali mengunjungi
Memori Museum Bank Mandiri
Memasuki gerbang Museum Bank Mandiri ibarat tersedot pusaran mesin waktu. Dinding-dinding kusam bernuansa sefia mengurung saya dari segala sisi, membawa saya jauh ke masa lalu, masuk ruang waktu kolonialis. Cahaya matahari semenjana menerobos masuk dari jendela-jendela kayu lapuknya, memberi warna
Diksi di Museum Proklamasi
Bagi Maeda kata-kata “perebutan kekuasaan” terlampau keras. Sang laksamana khawatir apabila kata-kata tersebut nanti akan disalahartikan masyarakat untuk menjarah sisa-sisa nafas terakhir Jepang di nusantara. Setelah berdebat sengit di meja makan rumah itu, akhirnya mereka sepakat untuk menggunakan istilah lain,
Negeri Mini Museum Nasional
Setiap negara membutuhkan identitas. Identitas tidak serta-merta maujud begitu saja, melainkan dipahat sedikit demi sedikit seiring dengan perjalanan sejarah bangsa tersebut. Museum ibarat sinopsis suatu bangsa, penyederhanaan dan penyingkatan brutal terhadap rekaman perjalanan panjang suatu bangsa agar dapat dinikmati dalam
Sawah Jaring Laba-Laba
Sawah. Ya, cuma sawah. Tetapi ada satu alasan menarik yang membuat saya dan Lomar rela merogoh kocek Rp 50.000 untuk menyewa angkot dari kota Ruteng ke desa Cancar. Berbeda dengan pola sawah yang ada di Jawa, sawah yang terdapat di
Rumah Gendang Cinta Laura
Penduduk Desa Compang menyebut rumah mereka dengan sebutan Mbaru Gendang. Pasalnya ruangan tengah rumah yang dihuni oleh empat keluarga ini dihiasi oleh alat musik gendang. Berbeda dengan gendang yang ada di Jawa, gendang khas Manggarai ada yang salah satu sisinya
Neka Rabo Itu Jangan Marah
“Neka rabo!” demikian salam penuh sapa yang sering saya dengar dari penduduk kota Ruteng. Secara harafiah, neka rabo artinya adalah jangan marah. Bukan berarti mereka mengira kita marah. Meskipun kita tersenyum pun mereka akan menyapa kita lewat salam tersebut. Jadi
Menilik Desa Compang Ruteng
Altar batu itu teronggok di depan beberapa rumah penduduk desa itu. Bukan sekedar altar batu biasa, melainkan altar batu seluas lapangan voli yang di tengahnya terdapat sebuah pohon dadap. Penduduk sekitar menggunakan altar ini sebagai tatak pemujaan kepada Tuhan, dengan
Pagi Beku di Katedral Ruteng
Dengan mengenakan celana training dan track-jacket saya berjalan menembus dinginnya kota Ruteng pada pagi hari. Segerombolan anak-anak kecil berteriak-teriak heboh melihat saya dari lubang jendela kelasnya ketika saya melintas di depan sebuah sekolah. Saya hanya tersenyum simpul dan membidikkan kamera