Odigenes mengambil sebutir kelapa ceking dari kolong perahu. Kemudian tersenyum dan meminta saya memperhatikan apa yang dia lakukan. Dengan cekatan kulit kelapa muda tersebut dikupasnya, menjadi semakin tipis dan semakin tipis hingga akhirnya salah satu sisinya terbuka. Sebuah lubang menganga
Month: July 2016
Nyanyian Minang di Saleo
Rebahlah saya di bangku malas yang terpasang di emperan pondok. Perjalanan yang berawal dari Jakarta, persinggahan semalam di Makassar dan Sorong, hingga pencapaian di Waisai, membawa saya ke tanah ini, Saleo namanya. Di sinilah saya akhirnya bisa duduk dan menarik
Menyusuri Jalan ke Saleo
Surga itu di sini. Katanya. Namun sejauh mata memandang hanya terlihat jalanan sempit dengan aspal yang masih baru namun telah dijalari tumbuhan liar. Inilah sisi lain Raja Ampat. Hanya Indra satu-satunya alasan persinggahan saya di Saleo. Berbekal informasi sedapatnya, saya
Kopi Joss, Tanpa Filosofi
Andai bukan lantaran kedatangan Baizurah dan Lot dari Sabah, boleh dipastikan saya tidak akan bercengkerama di warung kopi joss malam-malam seperti ini. Namun kedatangan mereka berdua dari Kinabalu membuat saya harus memutar otak untuk mencari-cari delikasi kuliner yang cukup spesial
Malioboro yang Melegenda
Tersebutlah dua hikayat etimologis Malioboro. Salah satunya berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Tatkala Kraton Yogyakarta berhajat, penuhlah pasase Malioboro dengan warna-warni bunga. Beda halnya dengan teori lain yang lebih tenar yang menengarai Malioboro adalah peleset lidah Jawa
Kabaret Show Oyot Godhong
Kalau bukan lantaran obrolan warung kopi dengan Cak Riswanto, besar kemungkinan saya abai dengan keberadaan pertunjukan kabaret yang satu ini. Namanya Oyot Godhong, bak pertunjukan panggung ala Pattaya, tontonan utama di tempat ini adalah para bencong kaliren berbody luhur. Sayangnya
Saya Makan Kalajengking!
Ibu tua itu menaruh semuanya di dalam ember kayu. Sekitar dua lusin udang raksasa bercangkang merah jingga nampak menggeliat di cekungnya, berdesak-desakan berebut celah. Entah binatang apa itu, seperti persilangan antara udang dan kalajengking, saya hanya berdiri mengamati seraya melemparkan
Bakmi Sagu Selatpanjang
“Mau ke Batu Pahat, Malaysia?” tanya si ibu penjual di warung kecil yang terlihat miring seakan-akan hendak rubuh itu. Saya menggelengkan kepala sembari tersenyum simpul. “Tidak, Bu. Saya sengaja ke sini untuk melihat Selatpanjang,” jawab saya singkat. “Aneh. Baru kali
Sepanjang Tepi Selatpanjang
Hembusan angin laut menemani sesap-sesap secangkir kopi. Pahit. Aroma kopi urung tercium lantaran pawana laut terus bertiup, mengenyak setiap partikelnya ke udara bebas. Sesekali justru bau ikan menghampiri, barangkali dari dermaga di seberang sana. Selatpanjang pada senja itu begitu asing,
Selatpanjang, Tiongkok Kecil
Ditilik dari bangunan-bangunan tuanya di sisi kanan kiri jalan, saya yakin tempat ini punya sejarah panjang. Tidak salah. Pada masa Kesultanan Siak Sri Indrapura, Selatpanjang adalah bandar yang sangat hidup. Bersama kota-kota pesisir tanah Riau macam Bengkalis dan Bagansiapiapi, kota