Keseharian Suku Bajo Bungin

Hembus hawa Sulawesi terasa hingga ke Sumbawa. Demikianlah para pelaut-pelaut Bajo selama berabad-abad mengarungi lautan di kantung-kantung nusantara, sebagian di antaranya singgah di Sumbawa dan membangun pemukiman di tanah sempit ini. Pulau Bungin memang bukan pulau besar, luasnya hanya delapan hektar. Namun jangan salah, sebanyak tiga ribu lima ratus kepala mendiami tanah ini.

Sudah barang tentu Pulau Bungin menjadi sangat padat. Masalah pulau ini pun lambat laun menjadi semakin akut, mulai dari sampah hingga sanitasi. Sementara itu lahan yang secara kasat mata sudah tidak tersisa lagi berusaha terus diperluas dengan reklamasi secara manual menggunakan bongkah-bongkah karang.

Sebagai orang laut, Suku Bajo cukup ketat tatkala berbicara soal pelestarian terumbu karang. Hanya karang-karang yang sudah mati saja yang diperbolehkan untuk direklamasi dan ini pun menghadirkan tantangan baru. Semakin lama lahan yang tersedia semakin habis sementara jumlah keluarga yang mendiami pulau ini terus bertambah.

Sebagian besar penduduk Pulau Bungin adalah nelayan. Meskipun beberapa di antaranya mencari penghidupan di luar pulau, semisal menjadi polisi atau pegawai negeri. Nelayan-nelayan inilah yang menjadi penggerak utama perekonomian Pulau Bungin. Ikan-ikan hasil tangkapan mereka setiap harinya diangkut dengan menggunakan sepeda motor, dibawa keluar dari Pulau Bungin menuju ke Desa Alas di jalan raya utama Lintas Sumbawa untuk disebarkan ke seantero pulau.

Entah sudah berapa kali pemerintah menawarkan kepada orang-orang Bajo ini untuk pindah ke lahan yang lebih luas di daratan Sumbawa sana. Namun permintaan tersebut senantiasa ditolak lantaran terdapat keterikatan batin dan kultur bagi penduduk pulau ini dengan keberadaan pulau yang nampaknya sudah tidak lagi sanggup menopang ekosistemnya sendiri ini.

“Mereka tidak mau pindah,” terang Ferdi, “Meskipun sebenarnya pemerintah sudah mencoba untuk melarang reklamasi. Hidup di Pulau Bungin yang sudah penuh seperti ini sudah pasti semakin hari akan semakin sulit. Tetapi setidaknya di sini sekarang listrik sudah masuk dan akses jembatan sudah tersedia.”