Saya berusaha menapaki rerumputan berlumpur yang ada di sisi kanan aspal sempit itu. Memijak aspal cukup beresiko karena jangankan untuk berjalan di tepinya, untuk lewat satu mobil pun tidak muat. Saya memang sengaja memilih jalan tembus perkampungan ini untuk mencapai Pantai Lampu Satu dari pusat kota Merauke, kota yang baru saja saya singgahi beberapa menit yang lalu.
Pantai Lampu Satu mendapatkan namanya dari satu cahaya lampu mercusuar yang menyorot di salah satu batu karangnya. Lampu Satu, demikian warga sekitar mengenalnya sebagai ikon pantai yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Merauke. Namun dikarenakan hari ini adalah Lebaran, jadi mau tidak mau saya harus swadaya berjalan kaki sejauh tujuh kilometer untuk mencapainya di bawah terik matahari yang lama kelamaan terasa keterlaluan.
Meskipun belum cukup dibilang maju, pembangunan di Merauke membuat saya terkesan. Franchise internasional seperti Kentucky Fried Chicken baru saja masuk ke sini, Merauke juga baru saja mendapatkan mall pertamanya yang terletak tepat di pusat kota. Sementara itu perjalanan saya dari kota menuju pantai menemui beberapa blok barisan ruko yang terlihat masih anyar, baru saja dibangun untuk memenuhi hasrat konsumen di kabupaten paling timur Indonesia ini.
Sebelum memasuki kawasan pantai, saya mengambil jalan pintas melewati perkampungan Suku Marind, suku asli Merauke. Di sana sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai nelayan dan pengolah hasil laut. Saya juga heran ternyata koperasi tani di Merauke begitu hidup dan penuh dengan aktivitas.
Pantai Lampu Satu sendiri sudah bukan kawasan eksotis. Di tepinya tersebar dereta pohon kelapa dengan pondok-pondok kayu yang tidak beraturan, sementara di hampar pantainya perahu-perahu nelayan disandarkan begitu saja seakan-akan semua sudah tahu ini milik siapa itu milik siapa. Selebihnya tidak terlihat siapapun di pantai ini pada siang itu selain tiga anak muda yang asyik balapan motor di hamparan pasir pantai yang sepi.
Saya mengunjungi salah satu pondok bercat hijau yang nampaknya merupakan koperasi pengolahan ikan. Singup. Tidak terlihat siapapun di sana. Namun itu tidak penting, bagi saya tempat berteduh dari panasnya matahari sudah lebih dari cukup.