Majene pernah beken. Untuk sebuah alasan yang salah. Musibah yang menimpa Adam Air di perairan Sulawesi delapan tahun silam meroketkan nama kabupaten ini ke gelanggang internasional. Peristiwa yang kemudian didramatisir dalam film dokumenter Mayday Season 7 oleh sineas Kanada itu membuat Majene menjadi identik dengan kecelakaan Adam Air.
Tidak adil rasanya mengidentikkan Majene dengan sebuah musibah. Kabupaten ini mempunyai kontur alam yang cantik menawan dan kebudayaan yang memukau. Kotanya pun, meskipun kecil, terasa begitu hidup. Bahkan Majene bisa dibilang lebih meriah daripada Mamuju yang notabene merupakan ibukota provinsi Sulawesi Barat.
Salah satu moda andalan untuk berkeliling kota adalah becak. Berbeda dengan becak-becak di Solo yang punya struktur kabin mblendhuk, desain becak-becak di Majene tertampak seperti versi anoreksik dari kompatriotnya di Jawa Tengah. Jangan tanya saya apakah becak dengan struktur serba tipis seperti itu cukup kuat untuk menahan sepak polah manuver sang sopir.
Dua hari di Majene saya lebih banyak mengandalkan sepeda motor. Mengandalkan Onie tepatnya. Lewat panduan warga lokal seperti dia, saya tidak kesulitan untuk menemukan lokasi-lokasi menarik. Sebuah keberuntungan karena memang lazimnya destinasi di Majene belum ditandai dengan baik.
Ada yang bilang Majene berasal dari kata manjeqneq, yang artinya berwudhu. Konon pada saat Belanda berlabuh di tempat ini pada akhir abad ke-19, sang kolonialis bertemu dengan seseorang yang sedang berwudhu. Ketika ditanya nama tanah itu, orang tadi mengira ditanya sedang apa. Manjeqneq, jawabnya dan jadilah Belanda menyebut tanah itu sebagai Majene. Sahih atau tidak, entahlah.
Dalam inkripsi lawas, orang lebih banyak menyebut daerah ini sebagai Banggae.
Dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Barat, nama Majene relatif sangat muda. Namun hal itu tidak membuat Majene terlambat. Justru sebaliknya. Majene boleh dibilang merupakan daerah dengan denyut perekonomian paling kencang di provinsi belia ini. Daya pikat Majene begitu kental. Tidak keliru apabila Uwais menyarankan eksplorasi dua bulan penuh. Waktu yang saya punya? Dua hari.