Jejak Peninggalan Imam Lapeo

Evangelisme adalah bagian penting dari perjalanan bangsa-bangsa. Tersebarnya agama dapat membawa arah suatu peradaban ke lintasan yang benar-benar baru. Lima abad lamanya Sulawesi Barat mengenal Islam. Namun baru dua abad silam keberhasilan penyebaran Islam terasa di jazirah Mandar, berkat jasa tokoh karismatik Kyai Haji Muhammad Thahir.

Imam Lapeo, demikianlah beliau dikenal oleh masyarakat Mandar. Laiknya perjalanan Wali Songo, agama Islam secara gradual disebarkan tanpa bertabrakan dengan kebudayaan masyarakat Mandar.

Sebagai tokoh kesufian yang dihormati, hikayat kehidupan Imam Lapeo dibumbui narasi-narasi menarik yang disebut karamah. Tujuh puluh empat karamah. Masing-masing berkisah tentang bagaimana sang imam pernah menyelamatkan orang tenggelam, melerai perkelahian besar, mencegah penyiksaan tentara Belanda, hingga menaklukkan guna-guna.

Sekarang di tempat sang imam mengajarkan agama, berdiri sebuah masjid. Masjid berlantai marbel yang dihiasi ornamen semarak berwarna keemasan, lengkap dengan berbagai fasilitasnya termasuk beberapa monitor LCD TV dan empat buah eskalator. Imam Lapeo sendiri dimakamkan di halaman depan masjid megah ini. Makamnya secara rutin masih dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah.