Debit air yang semenjana justru menjadi berkah. Memang tidak sampai krucuk-krucuk, tetapi setidaknya cukup nyaman untuk kungkum atau sekedar berbasuh-basuh diri. Indo Rannuang pada musim kemarau memang tidak ganas. Airnya sedikit dan batu-batunya menyembul ke permukaan. Jadilah kami berempat pada
Kab Polewali Mandar
Menerobos Ketinggian Polewali
Antara Putra, Adnan, dan Abrar, ada satu di antara mereka yang punya ide gila untuk mendaki gunung di bulan puasa. Saya tidak tahu siapa yang mulai. Namun yang jelas kami berempat terpaksa kepayahan untuk mendaki perbukitan di Kunyi demi menyaksikan
Dijamu Kuliner Polewali
Jamuan makan adalah perkara lumrah. Namun bagaimana rasanya dijamu pada bulan puasa, ketika tuan rumahnya sedang berpuasa? Saya terjebak dalam suasana canggung ini gara-gara keceplosan menyebut bahwa saya tidak berpuasa sewaktu berkunjung ke Lapeo. Akibatnya, sepiring penuh kue khas Mandar
Jejak Peninggalan Imam Lapeo
Evangelisme adalah bagian penting dari perjalanan bangsa-bangsa. Tersebarnya agama dapat membawa arah suatu peradaban ke lintasan yang benar-benar baru. Lima abad lamanya Sulawesi Barat mengenal Islam. Namun baru dua abad silam keberhasilan penyebaran Islam terasa di jazirah Mandar, berkat jasa
Menyisir Mangrove Polewali
Putra mempercepat langkahnya. Kami berdua berjalan menyusuri pematang pesisir Polewali. Sesekali sepatu saya terbenam ke lumpur berbencah yang bercampur dengan pasir pantai. Ada hutan mangrove di ujung sana, itulah alasannya mengapa kami terdampar di tempat ini. “Ini bukan tempat wisata,”
Labuang yang Terabaikan
Namanya Putra. Entah putra dari siapa. Kami baru berkenalan minggu lalu di dunia maya, siang ini kami berdua sudah melibas aspal Majene menuju ke Polewali. Belum separuh perjalanan, Putra menghentikan motornya di tepi bukit yang menjorok ke lautan, memperlihatkan pantai