Dari Parapat ke Tuktuk Siadong. Dari daratan Sumatera ke telatar Samosir. Kami berlepas menuju ke sebuah pulau yang selama ini hanya pernah saya ketahui dari buku pelajaran SD itu.
Pulau yang terletak di jantung Danau Toba ini mampu dijangkau dengan kapal fery dalam waktu kurang dari satu jam. Namun soal kenyamanan? Jangan tanya. Di sini manusia berbaur menjadi satu dengan kendaraan, hewan peliharaan, dan barang dagangan.
Beberapa lusin kendaraan dijejalkan ke dalam fery rongsok itu. Penumpang pun berdesak-desak naik ke atas kapal berusaha mencari teduhan dari gerimis yang segera mengguyur di sore itu.
Matahari seharusnya belumlah terbenam, namun ia sudah tidak nampak. Kapal yang ditumpangi ratusan orang ini hanya bergerak lambat-lambat menembus arakan kabut tebal yang menutup permukaan Danau Toba. Pulau Samosir di sisi sana sama sekali tidak terlihat, seakan dibenam di balik awang-awang. Saya pun merapatkan jaket setinggi dagu untuk mengusir udara dingin. Entah berapa lama kami berada di kapal ini.
Tiba di Samosir menjelang gelap, memaksa kami memacu kendaraan menuju daerah Pangururan untuk mencari tempat melepas malam.