“Derawan itu perawan, Sangalaki itu sang lelaki, Kakaban itu si kakak, dan Maratua itu mertuanya,” saya hanya manggut-manggut mendengar Jimmy nyerocos di atas kapal, “Yang sedang kita lewati sekarang ini namanya Sangalaki. Pemerintahnya gila. Bikin dermaga kok nggak bikin tangga.”
Entah apa sebabnya. Mungkin anggarannya kurang atau memang agak lemah intelegensia mereka. Atau mungkin juga itu semacam pendekatan pasif-agresif untuk memaksa warganya rutin berolahraga dengan memanjat tiang-tiang dermaga.
Pulau Sangalaki adalah pulau konservasi. Dibandingkan ketiga koleganya, Sangalaki adalah pulau terkecil sekaligus yang paling dilindungi karena di sanalah berada penangkaran penyu. Pada malam hari, listrik di seluruh Pulau Sangalaki pun sengaja dipadamkan untuk mengurangi konsumsi energi. Bisa jadi ketiadaan tangga di dermaga tadi adalah pesan tersirat supaya tidak banyak orang yang mau berkunjung.
Termasuk kami. Siang itu kami tidak ke Sangalaki. Perjalanan menembus gelombang berlanjut ke arah utara, kembali dari Kakaban menuju ke pusat peradaban di Derawan.