Ubur-Ubur Danau Kakaban

Entah bagaimana saya bisa terselip di antara rombongan guru-guru SMP dari Surabaya. Subuh tadi saya duduk-duduk santai di ambang dermaga. Serombongan guru yang rata-rata cukup berumur itu menawari saya untuk ikut naik, kata mereka kuota di kapal mereka masih tersisa satu.

“Naik saja, Mas!” teriak seorang ibu guru berkacamata, “Kami mau jalan ke Kakaban!”

Mendengar kata Kakaban, tanpa pikir panjang saya pun melompat ke kabin kapal. Masih pagi sekali kami melenggang meninggalkan Pulau Derawan menuju ke Pulau Kakaban di seberang sana.

Di empat sekawan arkipelago Derawan-Sangalaki, Kakaban adalah pulaunya ubur-ubur. Berbeda dengan tetangganya yang menjadikan penyu sebagai ikon, penghuni kunci Kakaban adalah Aurelia aurita, spesies ubur-ubur yang tidak menyengat. Bukan hanya tidak membahayakan bagi manusia, coraknya pun semi tembus pandang sehingga malah terlihat seperti sampah plastik.

Setelah berjalan tidak terlalu jauh dari dermaga, tibalah kami di Danau Kakaban. Sebuah danau air asin yang terperangkap di sentra pulau kecil ini. Untuk melihat langsung ubur-ubur, saya pun menceburkan diri ke dalam perairannya yang muram.

Ratusan. Ribuan. Ubur-ubur berwarna merah berdenyut-denyut di kedalaman danau, melayang-layang di setiap sudutnya. Cukup lama saya tertegun menatap pemandangan dunia lain ini, meskipun sayangnya saya tidak membawa underwater camera untuk mengabadikannya.

Saya mencoba menyentuh perlahan salah satu ubur-ubur berukuran besar. Kenyal. Terasa seperti briket agar-agar setengah jadi. Ubur-ubur seukuran telapak tangan itu pun berkelit dan kemudian menjauh.

Ada peraturan di sini, yaitu dilarang mengangkat ubur-ubur keluar dari air. Hal ini dikarenakan tubuh ubur-ubur yang lunak bisa robek apabila diangkat ke permukaan air atau disentuh dengan kasar. Namun tetap saja ada turis yang masih melanggarnya. Bahkan penjaga bercerita pernah menangkap turis yang berusaha membawa pulang ubur-ubur dengan botol air mineral. Konyol sekali.

“Makan pagi, Pak?” tanya seseorang memecah lamunan saya. Saya baru ingat pagi itu belum sarapan.