Nama Gunung Mandalawangi, gunung dengan tiga puncak, memang tidak setenar kolega-koleganya di Priangan. Padahal panorama gunung ini pasti anda saksikan ketika anda menaiki kereta api dari timur menuju ke Bandung melalui jalur selatan. Demikian pula ketika saya berkendara menerobos masuk ke wilayah Garut dari Bandung melalui jalur Cijapati.
Karena bentuknya yang melebar angkuh ibarat benteng alam, Gunung Mandalawangi sepintas terkesan seperti tiga gunung. Ketiga puncak tersebut dinamai Puncak Mandalawangi, Puncak Kujang, dan Puncak Mandalagiri. Di samping ketiganya juga terdapat empat puncak kecil lainnya.
Ketika saya berkendara melintas jalan sempit yang membelah pegunungan ini, saya tidak menyangka bahwa wilayah gunung ini merupakan daerah konservasi. Di bawah Perum Perhutani, hutan tropis yang melapisi Gunung Mandalawangi ini ditetapkan sebagai daerah dilindungi. Sebagai zona resapan kota Garut, Gunung Mandalawangi punya keanekaragaman flora mulai dari pohon mahoni hingga cemara.
Untuk faunanya, wilayah ini merupakan habitat bagi Elang Jawa dan beberapa primata besar. Enam belas abad silam, gunung ini juga merupakan lokasi keramat yang digunakan sebagai lokasi pertapaan kerajaan Galuh-Sunda. Terbukti dengan ditemukannya beberapa peninggalan sejarah berupa arca-arca kuno.
Apabila anda melintasi Cijapati, maka anda berkesempatan untuk mencumbu Gunung Mandalawangi dari jarak yang sangat dekat. Kemarin saya sempat berhenti di sebuah warung untuk makan siang sambil menikmati pemandangan gunung ini. Awan hitam perlahan mulai memayungi ketiga puncaknya, namun saya tidak peduli. Saya tetap meneruskan perjalanan.