Hutan Di Tengah Kota Bogor

Aroma petrikor melayang-layang setinggi hidung. Baunya berbaur dengan nuansa teduh hitam mendung yang belum beranjak dari latar angkasa. Jalan setapak yang membelah pohon-pohon menjulang pun terlihat becek lantaran gerimis yang terus menerus turun sepanjang hari di Kota Hujan, membuat suasana meneduhkan sekaligus menjengkelkan.

Kami berempat berjalan menyusuri belahan tanah becek di salah satu sudut senyap Kebun Raya Bogor. Tidak banyak yang mengetahui bahwa taman ini sudah eksis sejak pemerintahan Prabu Siliwangi di abad ke-15. Barulah kemudian ketika Inggris menduduki Indonesia, taman ini ditata sedemikian rupa menjadi gudang koleksi botani terbesar nusantara.

Adalah Thomas Stamford Raffles yang menyulap taman di seberang istana ini menjadi kebun botani nan apik, yang bentuknya dipertahankan hingga saat ini. Di kemudian hari, Karl Reindwart, botanis berkebangsaan Jerman, ditunjuk sebagai direkturnya.

Kebun Raya pun kemudian menjadi ikon kota Bogor, pada zaman itu disebut Buitenzorg, yang secara harafiah berarti jangan ada kekhawatiran. Luasan tanahnya yang mencapai 87 hektare ini menyimpan lebih dari lima belas ribu spesies tetumbuhan dari berbagai belahan dunia. Selain itu di sisinya juga tersimpan dua pusat keilmuan Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologi Bogor.

“Di dalam sini juga banyak makam,” terang Bayu yang jadi empunya Bogor sore itu, “Ada makam istrinya Raffles dan entah siapa. Pokoknya banyak nisan tua.”

Perjalanan hidup Kebun Raya Bogor tidak selalu mulus. Sepuluh tahun silam, sebuah badai besar melanda kota Bogor. Kombinasi hujan deras dan angin kencang menumbangkan sejumlah pohon koleksi Kebun Raya yang berusia ratusan tahun, termasuk beberapa pohon dengan diameter setengah meter yang tumbang melintang di depan gerbang Istana Bogor.

Bogor adalah telatar urban semrawut. Amburadul dengan parade angkotnya. Keberadaan Kebun Raya Bogor seakan menjadi filter yang mengabstraksikan sebuah kedamaian dan ketenangan dari dunia luar. Di dalam sini wajah Bogor benar-benar berbeda.