“Sepatu saya jebol, dibakar saja,” sahut Leo yang terdengar seperti bercanda.
Ternyata tidak. Benar-benar sepasang sepatu yang dipakainya itu dibakarnya di pinggir Danau Gunung Tujuh beserta dengan sampah-sampah plastik yang lain. Leo sudah menyiapkan sepatu lain untuk cadangan tentu saja. Karena saya yakin tidak mungkin dia pulang nyeker. Pendakian dan penurunan kan masih jauh.
Pendakian ke Gunung Tujuh pada siang ini kami lampaui dengan lancar, meskipun hujan sempat mengguyur dan kami nyaris disambar petir di puncak gunung. Pendakian yang memakan waktu sekitar empat jam itu berkesudahan di tepi danau yang tenang dan dingin. Di sini kami melepas lelah dan menyantap bakmi untuk makan siang.
“Kita tidak bisa terlalu lama di sini, langit gelap,” celetuk si bapak pemandu tiba-tiba, “Sebaiknya kita turun sebelum sore karena dikhawatirkan medan akan semakin sulit ketika hujan.”