Nisan-nisan legam itu tersusun sedemikian rupa. Berjajar rapi dalam ukuran yang tidak seragam, besar dan kecil, entah apakah menyimpan makna akan nilai kepentingan dari yang dikenang atau sekedar selera pembuatnya. Yang jelas baris-baris nisan yang terletak di sisi Kraton Kutai
Kalimantan Timur
Jejak di Museum Mulawarman
Hujan gerimis membasuh di luar sana nuansanya nyaris tidak terdengar. Ambien museum nan lapang ini dipenuhi dengan alunan musik tradisional Kutai yang menghentak-hentak serasa menggetarkan deretan kaca jendela. Saya berjalan menyusuri lorong-lorong museum yang menyimpan koleksi Kesultanan Kutai yang disimpan
Perjalanan Tujuh Belas Abad
Kutai Martadipura adalah bagian dari narasi terpenting nusantara yang tersisa. Walaupun diyakini ada kerajaan yang mendahului Kutai di nusantara ini semisal Sakalanagara, namun dari seluruh peninggalan yang hingga saat ini masih bertahan, Kutai boleh mengklaim diri sebagai kerajaan tertua di
Kala Berjibaku di Sepinggan
Satu lagi pembatalan dan saya pun mulai memaki diri sendiri. Setidaknya ada enam penerbangan tanpa kepastian yang harus saya tempuh untuk mencapai Sebatik dari Jakarta. Persinggahan awal di Balikpapan, kemudian Tarakan, dilanjutkan penerbangan singkat ke Nunukan, dan terakhir saya harus
Kembali dari Tanah Maratua
“Kita tidak bisa pulang pagi ini,” sanggah bapak pemilik perahu, “Gelombangnya masih terlampau besar, bisa jungkir balik di lautan, jadi lebih baik kita tunggu beberapa jam lagi saja.” Jadilah saya duduk berdiam memeluk ransel di tepi perairan Berau, pasase sempit
Dihajar Gelombang Derawan
Pondok kayu yang kami inapi malam itu bergoyang-goyang kencang. Lampu gantung yang ada di meja rias berayun-ayun ke sana kemari tidak beraturan. Gelombang lautan di Taman Nasional Derawan-Sangalaki pada malam ini sedang mengamuk. Naasnya, kami saat itu sedang menginap di
Di Nabucco, Mentari Terbakar
Langit seperti segelontor emas yang meleleh. Saya terdiam seorang diri menatap ke laut lepas dari sempadan Pulau Nabucco, pulau selebar lapangan bola yang punya satu kafe dan satu resort di tanahnya yang serba terbatas ini. Pulau Nabucco nan anggun dihiasi
Surga Turun di Maratua
Lanskap hari itu hanya dua warna, biru dan putih. Nuansa laut biru terang membentang apik di hadapan saya berbatasan langsung dengan cakrawala yang sama birunya. Sementara pasir putih menghampar luas seperti karpet yang berlapis bedak bayi. Persetan saja ketika orang
Bekerja di Sini Itu Liburan
Siapa sih yang emoh kita ditawari bekerja di Derawan? Orang bilangnya ini sepenggal surga yang turun ke kolong langit, tempat liburan murah meriah, atau apalah. Namun kenyataannya, saya ada di sini untuk bekerja. Ya. Salah satu klien saya perusahaan batubara
Soal Ubur-Ubur Kakaban
Ini kali kedua saya bersua Danau Kakaban. Danau air asin yang terletak di jantung Pulau Kakaban dihuni oleh komunitas ubur-ubur tidak menyengat yang mengambang di hamparan air layaknya sampah kantong plastik. Lazimnya pengunjung yang singgah di danau ini akan berenang









