Pariwisata Bali adalah kesuksesan yang melebihi ekspektasi. Ketika namanya digadang-gadang sebagai Island of Gods pada medio 1970-an, barangkali orang tidak menyangka bahwa dekade-dekade berikutnya Bali menjadi magnet turis nomor satu di planet ini. Sebenarnya kisah tentang Bali jauh lebih panjang
Kab Badung
Menanti Pembangunan GWK
Wujud yang didambakan darinya adalah Batara Wisnu menunggang Garuda sebagai simbol dari Amerta, sebuah kebijaksanaan abadi. Tetapi patung raksasa ini masih jauh dari kata selesai. Direncanakan menghabiskan empat ribu ton tembaga dan kuningan, patung ini akan berdiri setinggi 150 meter
Kisah Garuda Wisnu Kencana
Adalah dewa guru bernama Resi Kasyapa yang memiliki dua orang istri. Hanya saja salah satu istrinya, Kadru, selalu menaruh rasa cemburu terhadap istri yang lain, Winata. Beberapa tahun kemudian masing-masing istri dikaruniai anak. Kadru memperanakkan Naga sementara Winata memperanakkan Garuda.
Monyet-Monyet dari Sangeh
Ibu-ibu semi-uzur itu berteriak-teriak layaknya orang sinting. Kemudian diayunkannya tas tangan besar ke arah seekor monyet nakal. Brak! Si monyet terpelanting dan lari ke atas pohon. Monyet besar yang semula hanya diam-diam saja di belakang tiba-tiba terpancing untuk ikut mendekati
Akhirnya Mengunjungi Sangeh
Saya kenal Sangeh waktu saya masih duduk di kelas dua SD. Dari kalender dinding. Gambaran akan sebuah pura di tengah hutan yang dihuni oleh monyet-monyet liar menghiasi fantasi kanak-kanak saya kala itu. Pokoknya pasti, suatu saat nanti, saya akan berkunjung
Sendiri di Pura Taman Ayun
Jika bukan lantaran gerimis membasuh, urung saya singgah di sini. Hujan remeh yang sedari tadi mengguyur Bali seakan kurang serius dengan niatnya, kadang turun kadang reda. Jadilah saya memutuskan untuk berteduh di pura terdekat, menunggu kepastian angkasa terang kembali. Pura
Mengingat Lagi Bom Bali
Seratus lima puluh kilogram nitroamino eksplosif meledak membahana di seberang jalan ini empat belas tahun silam. Paddy’s Pub yang kala itu meriah mendadak terhenyak, luluh lantah diterjang ledakan masif yang menewaskan lebih dari dua ratus jiwa tersebut. Dunia tertegun. Bali
Berangkat ke Labuan Bajo
Antrean belum terlewat panjang. Dua lembar tiket Merpati ada di genggaman. Petugas check-in maskapai plat merah ini nampak tidak terlalu antusias melayani kami berdua. Tidak mengherankan apabila pada kemudian hari perusahaan penerbangan ini bangkrut. Demikianlah pagi itu kami terbang dari
Sejenak Saja Transit di Bali
Tidak pakai muter-muter. Saya dan Lomar bangun pagi-pagi. Tanpa ada komando, kami berdua langsung bergantian mandi, membereskan tas, dan menyantap sarapan. Kurang dari tiga puluh menit, kami berdua sudah siap sedia di halaman depan hotel. Inilah enaknya ketika dua orang
Yang Baru dari Ngurah Rai
Ransel besar saya panggul memasuki kolom-kolom baja bandara ini. Bandara Internasional Ngurah Rai dulu tidak seperti ini. Saya ingat beberapa tahun yang lalu berkunjung ke Bali disambut oleh bangunan kecil semrawut yang penuh sesak. Namun kini Ngurah Rai berubah, bersolek