Lomar duduk di teras restoran itu sambil menjejalkan sepotong besar pizza ke mulutnya. Kami berdua sedang menunggu kedatangan mobil yang akan membawa kami menuju Kota Ruteng, ibukota kabupaten Manggarai. Labuan Bajo sempat cukup lama berada di bawah komando Ruteng selama
Kab Manggarai Barat
Arus Kencang Pulau Kelor
Perairan Komodo bagaikan hamparan air biru dengan gugus-gugus kepulauan hijau berpohon runduk di setiap sudut-sudutnya. Barangkali tiada yang menyangka bahwa air tenang yang menyelimuti perairan sempit ini begitu liar di bawah sana, berpusar dan menelan yang tidak awas terhadap keadaan.
Trekking Panas Pulau Rinca
Tiada yang namanya peneduh, terkecuali pohon-pohon perunduk yang jarang-jarang menghiasi padang rerumputan ini. Di tengah musim kemarau panjang rumput pun lumrah nampak mengering menguning, sementara matahari bersinar dengan liarnya meskipun masih mengambang rendah di ufuk timur. Inilah Pulau Rinca, tatar
Memburu Sarang Si Komodo
Bukit-bukit padang savannah menghampar lekat-lekat seakan bersinggungan dengan langit. Arak-arakan awan seadanya tidak sanggup menyembunyikan matahari dan cahayanya yang semakin ke sini semakin membara tiada ampun. Rerumputan hijau terlihat sudah mulai menguning, dipapar oleh keringnya bumi Komodo yang lama tidak
Mokelehine, Komodo Itu Lari
“Di kampung sebelah sana dulu ada seorang nenek tua,” ucap Usman memulai ceritanya, “Nenek tua itu kalau berniat menyapu di halaman rumahnya, dia membisikkan sesuatu dan komodo-komodo langsung menyingkir menjauh. Komodo patuh dengan nenek. Saya penasaran dan pernah mendengarkan bisikan
Perjumpaan dengan Komodo
Komodo liar yang pertama kali bersua dengan saya ada di depan pintu toilet. Barang tentu bukan tempat yang diduga-duga karena ketika kami sedang berjalan melintas, tiba-tiba komodo yang masih kecil itu nyelonong dan mengais-ais tanah di depan kakus. “Komodo memang
Disambut Korban Komodo
Barisan tengkorak kerbau terpampang di atas palang-palang kayu. Dua buah tonggak lapuk menahannya agar tidak jatuh. Salah satu batok tengkorak terkesan lebih besar daripada yang lainnya, namun tulang tanduknya tinggal utuh sebelah. Terlihat gurat-gurat kasar di tanduk lainnya, nampak seakan-akan
Tamu Pertama Pulau Rinca
“Selamat datang di Loh Buaya,” tiga orang ranger berpakaian serba hijau pupus menunggui kami sembari duduk-duduk santai di jembatan dermaga. Saya melempar senyum dan melambaikan tangan ketika kapal kayu lapuk ini mulai merapat ke dindingnya. Seperti yang sudah kami duga
Cantiknya Perairan Komodo
Gelombangnya ringan, walau kadang berpusar. Berkas tipis cahaya matahari membayang di pulau-pulau kecil berselimut rumput hijau kekuningan di sepanjang perairan Pulau Rinca. Semakin lama gugus-gugus pulau semakin rapat menandakan bahwa kami memang sudah begitu dekat. Kami mendahului matahari di Labuan
Berlayar Mendahului Matahari
Alarm yang disetel berlapis-lapis berdering berbarengan di kamar hotel kami yang sempit itu. Suaranya pekak tidak karuan. Namun Lomar dan saya memang tidak punya pilihan, andai kami terlambat bangun maka terlewat sudah kesempatan untuk menapaki Taman Nasional Komodo. Sepakat. Jadilah