“Kalian nyeburlah sana seperti es cendol, saya mau istirahat,” teriak saya dari atas dek kapal ketika beberapa orang lagi-lagi memilih untuk snorkelling di perairan ini. Entahlah. Saya sudah kelar malah. Ini sudah keempat kalinya kami snorkelling hari ini. Di antara
Lampung
Antara Rakata dan Krakatau
Gunung Rakata adalah sisa puncak kecil yang gempil dari Gunung Krakatau lama. Selama empat puluh tahun semenjak letusan Sang Krakatau, keberadaan Rakata ibarat sebuah monumen peringatan bagi letusan maha-dahsyat yang pernah mengantam tanah ini. Hingga kemudian Krakatau lahir kembali di
Dongeng Geologi Krakatau
Pada penghujung bulan Agustus 1883, belum tengah hari, meletuslah Sang Krakatau. Konon itulah letusan terbesar dan dentuman paling memekakkan telinga yang pernah dikenal oleh manusia modern. Suaranya membahana ke seantero planet dan terdengar hingga Asia Tengah yang berjarak nyaris lima
Krakatau, Letusan Maut Itu
Dari tiga ribu penduduk Pulau Sebesi, tidak ada seorang pun yang selamat. Dentuman kencang yang terdengar hingga benua sebelah dan asap yang membumbung tiga puluh kilometer ke angkasa menandai sebuah kulminasi bagi Gunung Krakatau. Peristiwa yang digadang-gadang sebagai salah satu
Menggapai Anak Krakatau
Pasca letusan maha-dahsyat itu, Gunung Krakatau amblas. Sebagian besar bagian dari gunung tersebut terpangkas hingga ke dasar-dasar kalderanya, ditelan oleh lautan. Namun aktivitas vulkanis di bawah lautan tidak pernah berhenti. Pada tahun 1927 pulau baru mulai terbentuk di Selat Sunda,
Berlabuh di Anak Krakatau
Tiga perahu kecil disandarkan begitu saja di pantainya. Dikandaskan lantaran tidak ada dermaga. Lagipula siapa yang mau repot-repot membangun dermaga di pulau tidak berpenghuni seperti ini. Anak-anak muda Jakarta yang berkaos kuning-kuning ini berlompatan keluar dari kapal. Berebut untuk berfoto
Nuansa Suram Anak Krakatau
Monster ini kelam. Monster ini suram, angkuh, dan mengintimidasi. Monster ini mengambang rendah di hadapan saya. Gunung Krakatau tidak selaiknya gunung-gunung lain yang pernah saya lihat. Warnanya tidak biru anggun dari kejauhan seakan mengundang para pelintas untuk mendakinya. Gunung Krakatau
Melepas Mentari di Gubukseng
Tidak ada gubuk di sana. Apalagi dari seng. Entah siapa yang pertama kali mulai dengan nama konyol ini. Namun yang saya tahu pasti Gubukseng adalah ruang pandang untuk menatap matahari terbenam di Pulau Sebesi. Dari paparan pantai inilah kami dapat
Anak-Anak Pulau Sebesi
“Kakak dari mana? Mau ke Krakatau? Ada bawa Chiki atau tidak? Ada bawa permen?” tanya segerombolan anak-anak itu ketika saya berjalan seorang diri menyusuri garis pantai yang sunyi. Pulau Sebesi hanya punya tiga dusun, atau mungkin empat, dengan kehidupan yang
Snorkeling di Pulau Sebuku
Sebaran oranye ngejreng seperti es cendol bertaburan di tepi lautan sempit ini. Mungkin ada dua lusin teman saya yang menceburkan diri ke lautan untuk snorkelling pada siang ini, sementara saya sendiri menyudahi aktivitas tersebut lebih awal daripada yang lainnya. Atraksi