Gulung-gulung awan putih mengambang rendah di kejauhan dan bergerak cepat mendekat. Kemudian awan-awan itu seakan-akan pecah menjadi halimun pekat yang menyelimuti padang savanna pada siang hari itu. Cahaya matahari tanpa berdaya untuk menembusnya dan seketika suasana pun menjadi redup nyaris gelap.
Saya terhenyak di atas hamparan rumput hijau ketika mendadak jarak pandang menjadi terpangkas sedemikian pendek. Pohon besar yang semula berdiri tidak jauh dari hadapan saya pun kini tidak nampak lagi, terbenam di balik saput-saput sang halimun. Demikianlah siang yang cerah di atap Fatumnasi mendadak berubah menjadi lokasi syuting Silent Hill dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Mobil-mobil polisi yang tadinya kalem beriringan sontak menyalakan lampu dan sirene. Dalam benaman kabut pekat Gunung Mutis hanya lampu hijau berkedip-kedip menyala terang yang terlihat dari kejauhan. Sementara sisanya hanyalah hamparan halimun kelabu yang memangkas jarak pandang hanya tinggal sepelemparan batu.
Mobil berhenti di samping sebuah batu besar yang terletak di padang rumput Gunung Mutis. Pak Mateos Anin turun dari tempat duduknya, menghampiri batu tersebut, kemudian memulai sebuah ritual. Saya lompat turun dari bak belakang mobil dan meminta Pak Komang untuk mengambilkan satu gambar diri.
“Tidak apa-apa, Pak,” jawab saya ketika Pak Komang sedikit mengeluh bahwa pemandangan di belakang saya sepenuhnya tersaput kabut tebal, “Yang penting saya punya dokumentasi pernah menjelajah Mutis.”
Cuaca Gunung Mutis berubah begitu cepat, lebih cepat daripada Taylor Swift ganti pacar. Suka tidak suka, hal itu membuat saya harus ekstra awas duduk di bak belakang yang terbuka. Karena pada satu bagian perjalanan saya diterpa bakaran matahari sementara pada bagian perjalanan yang lain saya harus berkubang di bawah guyuran hujan yang bercampur apik dengan baluran lumpur di mobil ini.
“Ayo naik lagi,” ajak Pak Kapolres mengisyaratkan bahwa ritual sudah selesai, “Kita jalan lagi sampai ke mata air untuk mengambil sedikit air dan melanjutkan ritual puncak di sana.”