Horor dari Danau Dendam

“Kemarin baru saja ketemu mayat di dekat sana,” oceh tukang ojek berkumis tebal yang mengantar saya pagi-pagi dari kota Bengkulu, “Beberapa kali di situ memang jadi tempat buang mayat.”

Danau Dendam Tak Sudah. Danau yang sepintas terdengar bertema horor ini terletak tidak jauh dari kota Bengkulu. Airnya tenang dan muram, hanya sesekali terpapar getar-getar kecil di permukaannya. Pagi itu tidak seorang pun selain saya dan kakek tua pencari ikan yang perlahan-lahan mendayung perahunya membelah ketenangan danau. Danau Dendam tetap redup di bawah latar tetumbuhan kelam.

Nama danau ini sesungguhnya terpisah dari etimologi horor. Sejarah mengatakan bahwa dahulu Belanda pernah merencanakan pembangunan bendungan di areal ini, tetapi karena suatu masalah, pembangunan tersebut molor, tak terselesaikan. Jadilah orang menyebutnya Dam Tak Sudah. Namun lambat laun warga sekitar membuat pelesetan nama danau ini menjadi Dendam Tak Sudah.

Danau Dendam punya banyak cerita. Di antaranya adalah keberadaan dari sepasang lintah raksasa yang senantiasa menjaga perairannya. Legenda lain juga mengisahkan keberadaan siluman buaya dan macan kumbang yang menjadi penunggu danau. Tidak ada yang tahu pasti apakah makhluk-makhluk tersebut benar-benar ada di tempat ini, satu-satunya kehidupan khas yang pasti ada di tempat ini adalah Anggrek Pensil, Vanda hookeriana.