Disebut Danau Mas karena warna permukaannya agak kekuningan seperti emas. Demikianlah menurut sebuah tulisan saya saya cerabut dari internet. Lantaran tulisan tersebut pulalah saya harus bersusah payah memicingkan mata mencari kekuningan yang dimaksud. Sejauh mata memandang hanya terlihat sebuah danau berair tenang dengan tetumbuhan hijau yang menyesaki sebagian danau, tanda sebuah pendangkalan besar sedang terjadi.
Pada awalnya danau ini bernama Danau Kasnah, atau danau cermin, yang sama sekali tidak tercermin dari keadaan di sini. Namun menjelang tahun 1960-an, Pangdam Sriwijaya Harun Sohar memberikan banyak perhatian kepada pembangunan danau ini. Dengan normalisasi dan pembangunan di sekitarnya, danau ini kemudian dikenal dengan nama Danau Harun Sohar.
Adapun lantaran Bengkulu pada saat itu masih menjadi bagian dari Sumatera Selatan dan dipimpin oleh seorang gubernur bernama Bastari, maka ditambahkanlah nama Bastari di belakang danau ini menjadi Danau Harun Bastari. Apabila kita telusur ulang, boleh jadi ini adalah danau dengan nama paling politis di Indonesia.
Dari ketinggian, permukaan danau ini membentuk huruf C yang menurut sebagian orang adalah simbolisme untuk Kota Curup yang menjadi ibukota dari Kabupaten Rejang Lebong. Melewatkan sore hari di tepiannya yang sejuk boleh jadi menjadi aktivitas yang menyenangkan, apalagi dengan pemandangan Bukit Kaba di seberang sana. Namun sayang saya hanya punya sedikit waktu untuk menikmati danau politis ini.