Bangunan gereja berdinding putih bersih bertaburan di Mamasa. Dari tepian sungai hingga pucuk-pucuk bukit hijau. Sesekali bunyi lonceng bersahut-sahutan bergema di seluruh dataran terdengar lirih lembut dari kejauhan. Sekelompok warga berpakaian rapi berjalan kaki, bersiap menghadiri kebaktian.
Kekristenan memang mendominasi demografi lembah subur ini. Itulah yang mendapuk Mamasa sebagai satu-satunya kabupaten di Sulawesi Barat yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.
Adalah Richeld Willem Frans Kyftenbelt, misionaris Belanda yang pertama kali membawa agama Kristen masuk Mamasa. Tepatnya pada paro bulan Oktober 1913, Pendeta Kyftenbelt membaptis delapan puluh orang penganut keyakinan lokal. Peristiwa ini kemudian mengawali Zendings Christelijk Gereformeerde Kerken di Lembah Mamasa. Inilah cikal bakal Gereja Toraja Mamasa.
Di sisi alun-alun, saya melihat sebuah gereja megah sedang dibangun. Di halamannya beberapa anak kecil nampak riang gembira bermain sepeda. Keyakinan adalah bagian dari peradaban suatu bangsa. Bukan sekedar bagian. Namun acapkali juga menjadi penentu arah ke mana suatu peradaban melangkah.