Pondok-pondok itu dibangun menjorok ke laut. Beberapa di antaranya bahkan sudah nyaris ke tengah-tengah seakan-akan berusaha melepaskan diri dari jembatan yang mengikatnya. Sementara di barat sana matahari sudah mengambang rendah di langit seakan-akan tidak sabar untuk melesak ke perairan.
Tidak sebiasanya saya menginap di sebuah resort seperti ini. Karakter pejalan murah yang saya pegang erat-erat selama ini tentu lebih akrab dengan penginapan murah berdinding tripleks. Namun kali ini biarlah saya berkelana dengan agak berbeda lantaran sudah ada pihak yang berkenan membiayai.
Inilah Maratua Paradise Resort. Atau secara ledekan disebut Pondok Surga Mertua. Sebagai salah satu resort paling tenar di Taman Nasional Derawan-Sangalaki, Maratua Paradise Resort memang menawarkan fasilitas yang lebih dari cukup. Terbilang demikian untuk ukuran sebuah pulau kecil di lepas timur pantai Kalimantan.
Resort ini terdiri atas beberapa unit pondok kecil yang terhubung oleh jalinan jembatan kayu, masing-masing unitnya dilengkapi dengan dua ranjang berukuran besar. Di dalamnya terdapat kamar mandi, meja rias, dan balkon yang terus terang merupakan kemewahan di pedalaman seperti ini. Sungguh saya cukup beruntung untuk bisa menikmati fasilitas ini tanpa mengeluarkan biaya apapun.
Sore itu saya duduk seorang diri di balkon. Cahaya matahari yang rendah justru membuat sudut tajam yang panas membara, membakar permukaan kulit. Namun saya mencoba untuk tidak peduli, ini adalah magic hour, momen singkat terbaik yang mengizinkan saya untuk mengambil sebanyak mungkin gambar.
Matahari perlahan-lahan turun di balik jembatan kayu. Saya memicingkan mata melihat langit bersaturasi dalam berbagai warna yang berpendar apik. Kemudian gelap.