Mobil travel itu menjemput saya di depan Hotel Victory di Tentena. Lantaran kursinya masih kosong, saya pun memilih untuk duduk di bangku paling depan, tepat berada di samping sopir yang nampaknya sedang bahagia pagi itu. Perjalanan dari Tentena ke Palu seharusnya makan waktu tidak lebih dari sepuluh jam. Artinya jika saya berangkat pagi-pagi seperti ini maka saya bisa tiba di Kota Palu sebelum gelap.
Tentena sendiri bukanlah kota besar, melainkan hanya sebuah pemukiman kecil di Kecamatan Pamona yang terletak persis di ambang Danau Poso. Lokasinya yang tersudut sedemikian rupa menjadikan Tentena lebih populer daripada sepantasnya untuk dijadikan sebagai titik tolak para pejalan jauh yang ingin menjelejahi kawasan Danau Poso atau Taman Nasional Lore Lindu.
Lain halnya dengan Kabupaten Parigi Moutong, kabupaten ini mempunyai wilayah pada bagian dalam lengkungan Teluk Tomini memanjang dari perbatasan Kabupaten Poso hingga perbatasan Provinsi Gorontalo. Dengan posisinya yang memanjang seperti ini maka mau tidak mau pagi ini kami harus menyusuri Kabupaten Parigi Moutong dalam misi perjalanan dari Tentena ke Palu.
Pemerintah sedang merencanakan sebuah jalan besar Trans-Sulawesi yang nantinya akan menghubungkan daerah ini dengan daerah-daerah di sekitarnya. Pada saat ini aspal sempit yang ada sedang mengalami perluasan besar-besaran memangkas bagian punggung perbukitan batu di kawasan Toboli yang memenggal leher sempit Pulau Sulawesi.
Debu-debu jalan berterbangan ke sana kemari ketika mobil yang kami tumpangi melintasi jalanan tanah merah berbatu. Arus kendaraan terlihat mulai ramai dan perluasan jalan pun sebenarnya sudah terlihat mengesankan dengan lebar badan jalan yang mencapai tiga puluh meter pada sisi terlebarnya.
Matahari sudah hampir terbenam ketika akhirnya kami memasuki Kota Palu. Pak sopir menanyai saya mau turun di mana, terus terang saya kurang familiar dengan Kota Palu lantaran ini adalah kunjungan pertama saya ke kota tersebut. Beruntung dari hasil pencarian di internet saya mempunyai gambaran sedikit banyak tentang kota ini.
“Turunkan saya di Jalan Emmy Saelan, di dekat hotel,” cetus saya yang ditanggapi sopir dengan anggukan.