“Kalian nyeburlah sana seperti es cendol, saya mau istirahat,” teriak saya dari atas dek kapal ketika beberapa orang lagi-lagi memilih untuk snorkelling di perairan ini. Entahlah. Saya sudah kelar malah. Ini sudah keempat kalinya kami snorkelling hari ini.
Di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terhimpitlah pasase sempit ini. Sebuah perairan tenang yang kaya dengan kehidupan bahwa lautnya yang memikat untuk dijelajahi. Tidak ada gelombang tinggi khas Selat Sunda di sini, tidak terlihat pula pemandangan Gunung Krakatau yang angkuh, yang ada hanyalah sebuah pulau kecil berselimut tumbuhan hijau dengan hamparan laut tenang di sisinya.
“Ayo ikutan nyemplung ke sini!” teriak Benny dari kejauhan sembari mengangkat kacamatanya tinggi-tinggi. Saya pura-pura tidak mendengar karena hari ini saya sudah terjun tiga kali dan satu kali lagi rasanya sudah terlalu banyak.
Saya jauh lebih tertarik tidur siang di atap perahu kayu ini. Terombang-ambing tenang di atas perairan Lampung yang dipayungi angkasa cerah meriah. Di ujung sana terdapat satu perahu lain yang masih merupakan bagian dari kelompok perjalanan yang sama. Perjalanan dengan tiga puluh orang seperti ini boleh jadi bukan kebiasaan saya. Tidak aneh apabila kesempatan untuk bersantai dalam ketenangan seperti ini pun menjadi terasa sangat langka.
Kami tidak saling mengenal. Dari semua yang berangkat ke kawasan Gunung Krakatau ini, seluruhnya bertemu melalui internet. Baru kami melihat wajah satu sama lain tatkala bus berangkat dari Slipi kemarin malam.
Di belakang saya adalah Pulau Jawa, sementara di hadapan saya adalah Pulau Sumatera. Di ambang atap perahu saya duduk, berada di satu lorong sempit yang memisahkan kedua pulau paling berisik di nusantar itu. Sementara gelombang Selat Sunda yang tidak sebiasanya kalem mendayu-dayu mengalasi perahu kayu yang setengah lapuk ini.
“Ayo sudah!” teriak sais perahu tiba-tiba yang tidak ditanggapi anak-anak, “Sudah siang dan kita harus segera kembali ke Kalianda, nanti kalian akan ketinggalan kapal dari Bakauheuni jika terlalu lama di sini!”
Ah, akhirnya kami pulang juga.