Apa mau dikata tempat ini terselip di sisi pelataran parkir. Gedung bale tempatnya bernaung pun tidak memberi tanda-tanda apapun selain spanduk konsultasi energi alternatif. Padahal di tempat ini terdapat sebuah sumur nan karib dengan asal muasal kota Bandung yang dikenal dengan nama Sumur Bandung.
Sumur Bandung mere karahayuan ka rahayat Bandung
Sumur Bandung mere karahayuan ke dayeuh Bandung
Sumur Bandung kahayuning dayeuh Bandung
Ayana di Gedung PLN Bandung.
Alkisah ketika kota Bandung baru didirikan, rombongan bupati menyisir bantaran Sungai Cikapundung untuk mencari lokasi yang cocok untuk mendirikan bangunan. Tibalah mereka di tempat ini. Ketika sang bupati menancap-nancapkan tongkatnya, menggelegaklah air bersih keluar dari dalam tanah. Di situlah kemudian digali sebuah sumur.
Seratus tahun lalu pemerintah kolonial Belanda membangun sebuah gedung bertingkat, sumur tersebut menjadi salah satu bagian dari pelatarannya. Gedung ini belakangan difungsikan sebagai kantor cabang N.V. Gebeo, perusahaan listrik Hindia Belanda, yang belakangan diambilalih Perusahaan Listrik Negara pasca-kemerdekaan republik.
“Airnya masih ada sampai sekarang. Masih bening. Bahkan di musim kemarau pun airnya tetap ada,” kata Ardiansyah memberitahu, “Biasanya di hari-hari tertentu banyak pengunjung dari luar kota ke sini. Ya, di tengah kota Bandung tidak hanya ada factory outlet, tetapi juga ada tempat ziarah.”