Matahari Terbit di Mangunan

Sama seperti tidak ada buaya di Lubang Buaya, tidak ada buah di Kebun Buah Mangunan. Entah siapa yang mulai duluan dengan lelucon tidak lucu untuk menamai tempat ini sebagai kebun buah atau barangkali pada masa lalu memang ada kebun buah di tempat ini. Entahlah. Saya tidak terlalu berminat untuk menelusuri kisahnya lebih jauh.

Subuh itu Monica mengantar saya berkendara dari Kota Yogyakarta menuju ke tinggian Kebun Buah Mangunan. Di tempat ini memang tidak ada buah, namun yang kita cari adalah matahari terbit. Pada sebuah tinggian alam yang tersudut tidak jauh dari Imogiri inilah kita dapat menyaksikan lanskap perbukitan hijau apik dengan awan-awan putih bergumpal terkurung di cekungannya.

Cahaya matahari pagi menyorot dari sebalik pepohonan, terpapas oleh dedaunan yang merimbuni tanah ini. Udara dingin memaksa saya untuk merapatkan jaket setinggi dagu sementara Monica sibuk berfoto-foto di seberang sana mencoba mengabadikan langit yang perlahan-lahan berubah warna dari hitam menjadi merah kemudian biru.

Angin gunung berhembus dengan kencang menghempas awan yang sedari tadi teronggok di lipatan-lipatan bukit, mereka bergerak bergulung-gulung membenamkan lembah hijau yang ada di bawahnya.

Monica meminta saya berpose di tepi pagar. Entah kenapa pada pagi ini saya tidak terlalu berminat untuk pasang pose, barangkali karena saya sudah terlampau lelah dengan pekerjaan semalam suntuk. Lagipula harus berkendara di pagi-pagi buta seperti tadi sudah barang tentu tidak memperbaiki perasaan saya.

Belum pukul enam pagi, matahari sudah menerangi seluruh cakrawala. Gumpalan awan putih mengambang rendah di cekungan gunung ibarat sebuah danau yang terbentuk dari awan. Indah sekali. Ketika matahari sudah semakin tinggi, gumpal-gumpal awan itu mulai terangkat naik menggantung di pucuk-pucuk bukit kemudian lepas entah ke mana.

Saya duduk di salah satu bangku kayu yang terdapat di tepi jurang berharap-harap awan yang tersisa akan sepenuhnya tersibak dan saya sanggup melihat pemandangan Lembah Mangunan yang cantik. Namun entah mengapa sedikit awan tipis masih tersisa di bawah sana. Barangkali memang di sanalah tempatnya.