Tumpukan semen dan bongkah-bongkah batu masih menjadi hiasan di sepanjang jalan masuk menuju ke taman wisata. Bukan terbengkalai. Namun memang Waterpark Tanah Mas baru sejenak dibuka, dengan kekurangan di sana sini yang belum dibereskan. Pengunjungnya pun secara virtual belum eksis. Jangan tanya saya mengapa Alya mengajak saya ke sini.
“Aku juga belum pernah main ke sini kok,” jawabnya santai. Walaupun itu sebenarnya tidak memberikan alasan mengapa kami ada di sini, namun saya cukup puas dengan jawaban itu.
Waterpark Tanah Mas adalah destinasi hiburan terbaru di Palembang. Kota berpenduduk nyaris dua juta jiwa ini memang tumbuh dengan sangat pesat, utamanya di sektor perdagangan. Pertumbuhan ekonomi yang kencang mendongkrak pendapatan warganya yang menyebabkan tingginya porsi disposable income dan kebutuhan tersier, termasuk hiburan.
Sejatinya lokasi taman ini tidak terletak di dalam region kota Palembang. Posisinya yang tersudut empat belas kilometer dari pusat kota, atau sekitar dua kilometer dari Terminal Alang Lebar, menjadikannya bagian dari wilayah kabupaten lain, yaitu Banyuasin.
Alya membuntuti saya mendaki sebuah menara pandang. Dari atas sana kami menonton seantero danau buatan dengan latar belakang pinggiran Palembang. Agaknya semrawut di luar sana dan hiruk pikuk nan jauh itu seakan-akan terasa begitu dekat.
Setelah mengambil beberapa foto, kami berdua pun bergegas turun dan melanjutkan perjalanan kembali ke kota. Ke mana lagi? Kami akan menjelajahi seluruh museum di Kota Pempek ini, satu per satu.