Niatnya mulia, ambisinya besar. Semenjak era Gubernur Daendels hingga era Presiden Widodo, yang namanya tekad menyambungkan Pulau Jawa itu selalu ada. Hanya saja dari masa ke masa, skalanya selalu berbeda.
Tersebutlah Tol Cipali, alias Cikampek-Palimanan, sebagai satu bagian dari rajutan jalan tol Trans Jawa yang direncanakan membentang dari Jakarta ke Surabaya menyisir pantai utara Jawa. Andai dahulu misi menyambung Pantura ditandai dengan pembangunan Jalan Pos, maka tol Trans Jawa dapat menjadi totem yang serupa untuk sebuah misi yang sama pada milenium yang berbeda.
Dengan rajutan tol ini maka terbentanglah sudah 189 kilometer dari Jakarta hingga Palimanan dalam satu jalinan tol tanpa putus. Tol yang di kemudian hari disambung lagi hingga Brebes dan saat ini sedang menjalani pembangunan hingga ke Semarang ini tentu saja akan menjadi tulang punggung transportasi lintas Jawa di masa mendatang.
Melintasi Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon, tol yang dinamai Tol Cipali ini memang cukup menarik. Selain karena banyak sekali lapang terbuka, angin di sekitar tol ini juga kencang bukan main. Jalanan yang panjang dan lurus juga membuat konsentrasi pengemudi sering terpecah.
Sore itu saya berkesempatan bersama Pak Is menerabas tol ini, berangkat dari Solo menuju ke Jakarta dengan menggunakan mobil Honda City uzur. Perjalanan yang biasanya memakan waktu sepanjang hari itu ternyata mampu dipangkas hampir dua jam dengan adanya tol ini.
Hanya saja, mungkin karena masih baru, kala itu keberadaan rest area di tol ini boleh dibilang masih sangat minimalis. Fasilitas dan makanan yang disediakan tidak terlampau memadai untuk sebuah perjalanan lintas provinsi. Apa boleh buat.