Bersua ke Vihara Buddhayana

“Silakan masuk, tapi dilarang naik macan ya,” kata seorang bapak yang sedang asyik menyapu di halaman vihara. Kata sambutan yang kurang standar dilihat dari sudut pandang kultural manapun itu terus terang membuat saya bertanya-tanya. Pertama, apakah di tempat ini ada macan? Kedua, apakah ada orang yang cukup sinting untuk mencoba menaiki macan.

Ketika saya berada di kompleks vihara, barulah saya memahami maksud dari bapak tadi. Sebuah patung macan besar berdiri di sisi sebuah kolam yang dilingkari patung naga. Apabila dilihat dari posisinya, sah-sah saja apabila patung macan ini jadi sasaran tumpak-tumpakan pengunjung.

Teruntuk sebuah daerah yang lembahnya ditaburi gereja-gereja Kristen, tentu keberadaan stupa dan pagoda yang mencuat jingga dari balik perbukitan adalah sebuah keunikan tersendiri.

Seperti laiknya daerah-daerah lain di Sulawesi Utara, Buddha adalah agama minoritas. Mayoritas penduduk daerah ini beragama Kristen dan sebagian lainnya juga lebih banyak menganut agama Katholik dan Islam. Hal ini justru menjadikan keberadaan Vihara Buddhayana di Tomohon ini unik, karena ia merupakan pencilan dari sebuah kelaziman. Perihal harmoni antar masyarakat, jangan tanya, sebab Tomohon yang multi-religi ini penuh kedamaian yang berakar dari budaya mapalus.

Bukan. Jangan berasumsi bahwa vihara ini merupakan rumah ibadah bersejarah yang mengakar kencang di dalam budaya sejarah Tomohon. Vihara ini adalah vihara baru. Kelahirannya bahkan baru diresmikan oleh gubernur Sinyo Sarundajang pada tahun 2009 silam.

Di salah satu sudutnya terdapat pagoda delapan lantai yang dapat dinaiki hingga ke lantai teratasnya, terhampar padang sawah luas di lekuk-lekuk lembah Tomohon hingga ke kaki Gunung Lokon di ujung sana. Tidak jauh dari pagoda ini terlihat kolam pancuran yang dihuni banyak kura-kura, seorang ibu muda nampak asyik menebar makanan untuk para penghuni kolam. Untuk keberuntungan, katanya.

Tomohon adalah kota yang damai. Vihara Buddhayana di Tomohon berada di titik kulminasi kedamaian itu. Gerimis yang rintik berbaur dengan suara air mancur sementara di belakangnya terhampar sawah pastural. Sungguh sebuah citraan akan kedamaian yang sulit ditandingi.