Deru mesinnya beresonansi sampai ke tulang ekor. Rasanya bagaikan berkendara di atas mesin pemotong rumput. Namun tentu saya tanpa prerogasi untuk memilih, lantaran mobil bak terbuka ini berbaik hati menawarkan tumpangan bagi kami berempat tanpa imbalan sepeser pun. Melintasi aspal
Kab Wonosobo
Dinginnya Pagi di Dieng!
Matahari pagi mengusap wajah, namun hangatnya nyaris tidak terasa. Saya mencoba melongok ke luar namun kaca jendela kamar diburamkan embun. Ada perkataan bahwa puncak dinginnya Dieng adalah pada pagi hari, sesaat sebelum matahari terbit. Dan muramnya angkasa pagi ini seakan-akan
Pesona Telaga Warna Dieng
Sang Putri kebingungan ketika dua ksatria melamarnya. Dikarenakan berniatan memilih menantu terbaik untuk putrinya, Sang Permaisuri meminta kedua ksatria membuat sebuah telaga. Ksatria pertama ternyata mampu menyelesaikan permintaan Sang Permaisuri lebih cepat, jadilah sebuah danau kelam yang bernama Telaga Menjer.
Carica, Pepaya dari Dieng
Entah bagaimana ceritanya ia mampu terlempar lima belas ribu kilometer dari habitat aslinya di Pegunungan Andes. Vasconcellea pubescens, atau carica orang menyebutnya, merupakan spesies pepaya gunung yang hidup di lereng dataran tinggi Amerika Latin. Lintas Pasifik. Jauh sekali dari Indonesia,
Hidup dari Paprika dan Sayur
“Ya begini, Mas. Sudah empat bulan ini sepi,” keluh Bu Tantri menjawab pertanyaan saya. Selepas senyum kecilnya tidak mampu menyembunyikan keluh kesah yang membebani dan membekas di gurat-gurat tua di dahinya. Ketenaran Dieng di jagad pariwisata memang sedikit banyak menggeser
Dieng Bagaikan Dunia Lain
Baris-baris gunung memang bukanlah kurva mulus sempurna seperti yang kita biasa gambar di bangku sekolah dasar. Bongkah-bongkah batu tercecer di sana sini, entah berapa banyak telaga di tanah ini, warna merah jingga biru hijau berbaur menjadi satu, asap pun terkadang
Legenda dari Kawah Sikidang
Kidang Garungan marah. Sang raja kijang yang berkehendak meminang Putri Shinta Dewi justru ditimbun hidup-hidup di landasan sumur oleh pujaan kalbunya. Hatinya mendidih, kemarahannya membuncah, dengan segala kesaktian yang dimiliki dihentak-hentaknyalah dasar sumur itu. Bumi bergetar hebat menyisakan lubang besar
Edelweiss di Tepi Dieng
Saya keliru membawa sepatu yang sudah hampir jebol. Hari ini kami habiskan berempat untuk berjalan kaki, mulai dari pertigaan Villa Bu Jono hingga Telaga Pengilon. Rute berputar-putar itu membuat sepatu saya terasa semakin renggang. Biarlah. Pada hari-hari sepinya, Dieng memang
Kabut Tipis di Candi Arjuna
Matahari sudah cukup tinggi, namun lapis-lapis halimun tidak serta merta berlepas dari Dataran Tinggi Dieng. Seiring perjalanan menggapai Candi Arjuna, kabut menggantung rendah setinggi hidung, menyisakan nuansa lembab dan dingin. Hari itu kami pergi berempat, saya bersama Diaz, Ika, dan
Sua Dataran Tinggi Dieng
Dari perempatan Mampang hingga pertigaan Villa Bu Djono. Bus Sinar Jaya yang saya tumpangi dari Jakarta hingga ke Wonosobo mengalami keterlambatan lantaran kepadatan arus lalu lintas di Cikampek. Alhasil, saya harus bersabar selama empat belas jam di dalam bus yang