“Silakan masuk, tapi dilarang naik macan ya,” kata seorang bapak yang sedang asyik menyapu di halaman vihara. Kata sambutan yang kurang standar dilihat dari sudut pandang kultural manapun itu terus terang membuat saya bertanya-tanya. Pertama, apakah di tempat ini ada
Kota Tomohon
Menjangkau Puncak Mahawu
Mendaki Puncak Mahawu ibarat berjalan di mall. Alias gampang. Bagaimana tidak, hingga sedikit ratus meter sebelum puncak sudah diaspal sehingga kendaraan bermotor dapat dengan mudah menjangkaunya. Untuk mendaki ke atas hanya butuh lima belas menit melintasi setapak berbatu yang setengah
Lokon yang Terus Meletus
Enam hari saya berada di Manado, saya hanya sempat mandi tiga kali. Sementara Gunung Lokon sudah meletus lima kali. Saya berada di Sulawesi Utara berbarengan dengan momen tingginya aktivitas Gunung Lokon. Sedari beberapa hari ini, gunung berapi yang menaungi Tomohon
Saat Teduh di Gua Gelap
“Ini bukan teduh, tapi suram!” protes saya kepada Haidir ketika kami memasuki gua gelap gulita di Bukit Doa Tomohon. Di dalam gua kecil inilah biasanya umat Nasrani yang mengadakan acara ibadah akan menyepikan diri untuk berdoa. Pada ruang tengah gua
Kapel di Bukit Doa Mahawu
“Aduh, kamu berani sekali sendirian dari Jakarta. Aduh, hati-hati di jalan ya,” di balik suara lantang melengking Bu Magdalena, saya melihat sepasang matanya menatap saya kasihan. Bu Magdalena bukan perkecualian. Seperti umumnya orang tua Indonesia, solo traveling sudah dianggap setara
Menyisir Bukit Doa Tomohon
Kabut mengambang rendah di tinggian Tomohon. Beberapa saat kemudian saya terpaksa harus membuka kaca helm demi melihat jalanan dengan lebih jelas. Sementara kendaraan-kendaraan bermunculan dari balik kabut di depan seakan-akan baru saja keluar dari dimensi lain. Tujuan kami pada hari
Mengecap Kesunyian Linow
Tanpa kaok burung hutan, mungkin ia hanyalah kesenyapan tak bertuan. Danau cantik di ceruk Minahasa ini memang biasa dinikmati dalam diam, tanpa sepatah kata pun termenung menikmati cangkir demi cangkir kopi yang aromanya berbaur dengan aroma sulfur. Lilinowan, dalam Bahasa
Bisik Lirih Danau Linow
Di simpang jalan itulah saya diturunkan. Kabut tebal setinggi hidung menyelimuti Lahendong sementara saya seorang diri berjalan membawa ransel besar. Gerimis nampak belum bosan-bosan membasuh tanah Minahasa semenjak pagi tadi, mengiringi langkah saya masuk ke kerimbunan Danau Linow. Hans menjabat
Pertunjukan Brutal Tomohon
Besar laiknya sebilah golok, pisau daging setebal jengkal tangan itu dihujamkan begitu saja. Terlepaslah sudah kepala babi itu dari tubuhnya. Ini bukan golok pembunuh naga, ini golok pembunuh babi. Bagi saya, itu adalah pertunjukan brutal. Bagi para pedagang yang berdiam
Kunjungan ke Pasar Tomohon
“Nggak mau! Nggak mau! Pokoknya cuma aku makan tikus!” seorang anak kecil beteriak-teriak menangis kencang, menjejak-jejakkan kakinya, di depan pelataran pasar yang riuh. “Diam kamu! Kemarin kita sudah makan tikus. Hari ini papah kamu minta soa-soa (kadal)!” jawab ibunya sambil