Peluh kembali membasahi sekujur punggung. Saya mencoba untuk memiringkan tubuh ke kanan dan ke kiri, namun udara malam itu terlampau panas. Tidak terasa alas kain tipis yang memisahkan saya dengan lantai keramik turut kuyup oleh keringat. Kami dijejalkan di sebuah
Lampung
Dari Kalianda ke Sebesi
Sebuku dan Sebesi ibarat saudara kembar. Dua pulau kecil yang terletak di Selat Sunda ini menjadi titik tolak teruntuk para pejalan yang merencanakan pendakian Gunung Krakatau. Dari Kota Kalianda, mencapai Pulau Sebesi tidak lebih dari lima belas kilometer namun memerlukan
Menggapai Laut Kalianda
Pagi itu teduh. Kami beruntung bisa berangkat tepat waktu dari Bakauheuni. Angkot yang disewa oleh Kiki membawa kami melintasi jalanan sempit bergelombang yang menyisir kaki Gunung Rajabasa. Hampar pepohonan yang mengapit dari sisi kanan kiri jalan menaungi perjalanan selama satu
Bersandar di Bakauheni
Kapal bersandar di Bakauheuni ketika hari masih gelap. Namun kami turun ketika matahari sudah terbit. Singkatnya, antrean yang panjang cukup menyita waktu untuk turun dari kapal. Dua mobil angkot yang kami sewa sudah menunggu di ambang pelabuhan, bersiap untuk membawa
Menatap Lampung dari Atas
“Dari perbukitan sana, kita bisa melihat Bandar Lampung,” kata Hellen sambil memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, “Di atas situ ada bistro yang kamu mungkin suka. Kita nanti makan di sana saja.” Tidak berapa lama, mobil pun berhenti di sebuah rumah
Dari Vihara Untuk Lampung
“Kamu temenin saya dulu ya, kita mau serahkan ini ke pemuka-pemuka agama di Bandar Lampung,” kata Hellen kepada saya di mobilnya siang itu. Satu bundel dokumen nampak tergeletak di dashboard mobil hanya terlindung oleh windshield dari panasnya matahari. Hellen memiliki
Lamban Pesagi Khas Lampung
Satu-satunya kelambanan yang ada di rumah ini adalah namanya. Tidak ada yang lamban dari Lamban Pesagi, karena di dalam Bahasa Lampung, lamban mempunyai makna rumah. Sedangkan pesagi punya makna persegi. Singkatnya, Lamban Pesagi adalah istilah rumah persegi khas Lampung. Susurilah
Mampir di Museum Lampung
“Apa nama museum di Surakarta?” tanya bapak petugas museum sambil menerawang KTP saya, matanya memindai kolom demi kolom di kartu identitas yang cuma secuil itu seakan-akan penasaran kalau-kalau tulisannya secara ajaib bisa berubah. “Radya Pustaka,” jawab saya singkat sambil melempar
Berjumpa Bandar Lampung
Merapat ke dataran Bandar Lampung setelah perjalanan semalam di kereta api bagaikan dipukul dengan wajan penggorengan. Kesunyian semalam suntuk seketika juga buyar disambut dengan hiruk pikuk pagi metropolis nan semrawut. Belum selangkah saya keluar dari Stasiun Tanjung Karang, gerombolan tukang