Barangkali berkat judul lagu wajib itu, Merauke mendapatkan perhatian berlebih. Barangkali juga bukan. Yang jelas Merauke adalah primadona di paparan selatan Papua. Dibandingkan dengan daerah-daerah lain di sekitarnya seperti Mappi, Asmat, dan Boven Digoel, Merauke dua langkah lebih maju.
Saya teringat akan perkataan seorang teman yang membanggakan produk perusahaannya sudah mencapai daerah terbelakang seperti Merauke. Sayangnya itu adalah sebuah pandangan yang keliru. Merauke tidak terbelakang. Pembangunan di kabupaten ini bahkan boleh dibilang setara dengan kabupaten-kabupaten kecil di Pulau Jawa atau Sulawesi sana. Franchise internasional seperti Kentucky Fried Chicken sudah berani membuka cabang di sini, beserta dengan franchise-franchise lokal seperti Apotek K-24 dan TIKI sudah terlihat di mana-mana untuk memenuhi hasrat konsumen kabupaten ini.
Secara perekonomian, Merauke juga merupakan lumbung padi teruntuk Papua. Di tanah inilah sawah dan ladang memproduksi sebagian besar dari kebutuhan beras di Provinsi Papua dan sisanya diekspor ke negara tetangga, Papua Nugini. Ihwal hal ini, saya teringat seorang teman dari Papua Nugini yang nyeletuk, “Pemerintah kami bilang bahwa tanah Pulau Nugini (Papua) tidak cocok untuk ditanami padi, tetapi sekarang saya melihat Indonesia bisa tanam padi banyak-banyak, padahal tanah kami sama.”
Kehadiran di Merauke selalu disambut dataran luas tanpa gunung-gunung khas Papua, dari sisi barat dua sungai besar, Sungai Maro dan Sungai Kumbe, mempartisi kabupaten ini menjadi tiga daratan besar. Sungai Maro ini pulalah yang menjadi ikon bagi Kabupaten Merauke. Konon ketika pertama kali orang Belanda terdampar di tanah ini, mereka menanyakan kepada Suku Marind perihal sungai tersebut. Salah seorang dari Suku Marind menjawab, “Maro ka ehe (itu Sungai Maro)”, yang disalahartikan oleh orang Belanda sebagai Merauke.
Demikianlah Merauke kemudian tumbuh menjadi totem bagi ujung timur Indonesia. Meskipun sejatinya di papar timur Indonesia terdapat tiga kabupaten lainnya, Jayapura, Pegunungan Bintang, dan Boven Digoel, namun hanya Merauke yang mendapatkan keistimewaan sebagai simbol titik paling timur nusantara. Dari situ, wilayah ini berkembang menjadi salah satu kawasan paling maju di Papua setelah sempat mengalami influks transmigran pada periode 1970-an.
Dibandingkan kabupaten-kabupaten di sekitarnya, Merauke juga boleh dibilang jauh lebih maju, selain juga berperan sebagai pintu gerbang logistik untuk kabupaten-kabupaten lain seperti Asmat, Boven Digoel, dan Mappi. Singkat cerita, Selamat Datang di Merauke!